Oleh: Juharman Muliadi

Kenaikan BBM Kini menuai pro dan kontra di kalangan para intelektual. Mahasiswa sebagai sosial kontrol dari demokrasi bangsa ini telah turun ke jalan untuk menyuarakan apa yang kini menjadi penderitaan rakyat.

Asap dari ban para intelektual yang peduli terhadap bangsa kini telah kembali bercampur dengan udara dan menjadi polusi. Tapi, semua tak mengapa karena kita semua percaya bahwa mahasiswa adalah insan pilihan yang diberikan legitimasi oleh Tuhan sebagai agent of change untuk meneruskan kepemimpinan di masa yang akan datang.

Berbicara tentang kepemimpinan, tentunya kita semua pemimpin, minimal memimpin diri sendiri. Setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban baik kepada sesama ciptaan maupun kepada Sang Pencipta. Kini, tak lama lagi kita akan kembali memilih putra-putri terbaik bangsa Indonesia. Namun, sebelumnya tentu kita semua butuh pertanggungjawaban atas apa yang telah dilakukan di masa kepemimpinannya 

Para intelektual bangsa ini sudah sepatutnya menelisik kembali kejadian di masa lalu agar kejadian yang sama tidak terulang lagi seperti yang terjadi pada tanggal 17 april 2020 hari di mana pesta yang sangat meriah dilakukan di 34 provinsi.

Sebagai generasi masa kini, yang katanya bakalan jadi sorotan publik karena berada di antara diagram X dan diagram Z, tentu tak ingin melewatkan momen yang hanya terjadi 1 kali dalam 5 tahun. Generasi labil begitu menikmati pesta hingga tak sadar diri bahwa pesta yang di pertontonkan tidak lagi pantas dijadikan sebagai tuntunan. Lalu apa yang menjadi subtansi kemeriahan itu? 

Puncak kemeriahan pesta terjadi. Kemeriahan yang seharusnya diluapkan dalam tangisan haru, semua berubah jadi jeritan tangisan pilu dari sanak saudara yang jadi korban. Ada 527 jiwa yang kepergiannya kini menjadi misteri. Mereka seolah-olah hanya menjadi tumbal dari kemeriahan pesta. Lalu siapa yang bertanggung jawab akan hal ini? Apakah ini memang panggilan tuhan semesta ataukah hanya panggilan dari Tuhan sejarah?

Tanggal 20 Mei pesta baru saja usai. Harapan, tikar akan digulung tanpa nod. Namun, semua tak sesuai dengan ekspektasi, jamur sudah menempel pada tikar. Kini pemuda-pemudi mulai bersuara lantang. Mereka yang mulai jijik akan tontonan yang tidak lagi menjadi tuntunan kini berusaha mereka runtuhkan.

#Salam_perjuangan 

#Hidup_Mahasiswa 

#Hidup_Rakyat_Indonesia

(Visited 37 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.