Oleh : Sabrie Mustamin*
Semangat untuk merdeka dan bebas dari penjajahan kolonialisme asing bermula dari perjuangan raja-raja dan sultan serta para bangsawan yang ada di nusantara. Tujuan utama kolonialisme asing untuk menguasai kerajaan dan kesultanan adalah untuk menguasai kekayaan sumber daya alam yang melimpah ruah terhampar dalam perut bumi nusantara.
Berbagai jenis rempah-rempah yang terkandung di jamrud khatulistiwa, telah menjadi rebutan semua bangsa di dunia. Nusantara sebelum dan sesudah kemerdekaan sampai hari ini menjadi rebutan negara-negara maju dengan berbagai cara dan manipulasi yang akhirnya menjadikan bangsa yang kaya ini tergantung pada bangsa lain.
Kesadaran baru muncul setelah ratusan tahun terbelenggu oleh penjajahan, yang ditandai dengan bersatunya para pemuda untuk bersatu dan bersumpah menjadi bangsa yang bebas dari kolonialisme asing. Tanggal 28 Oktober tahun 1928 lahirlah sumpah pemuda yang sebagian besar dari mereka adalah santri-santri pesantren yang dibina langsung oleh para kiai dan ustadz.
Dengan semangat cinta tanah air sebagai bagian dari pada keimanan seseorang, maka dengan semangat itulah perjuangan yang tidak kenal lelah terus membahana ke seluruh pelosok nusantara. Dengan teriakan “Allahu Akbar” yang menggema dipekikkan para pahlawan bangsa, akhirnya penjajah ditaklukkan, dan kemerdekaan bisa diproklamirkan.
Kemerdekaan yang kita raih hari ini adalah buah dari proses panjang perjuangan para pahlawan kusuma bangsa. Alfatihah buat mereka tanpa henti. Kini usia kemerdekaan bangsa Indonesia sudah 78 tahun dengan slogan “Terus melaju untuk Indonesia maju”. Mudah-mudahan slogan ini membawa semangat untuk menjadikan kita sebagai bangsa yang mandiri, maju dan bermartabat, karena bangsa ini mempunyai modal dasar untuk tetap bertahan dengan keyakinan, “Hubbul Wathan Minal Iman” yang berarti, “Cinta tanah air bagian dari pada iman”.
*Anggota DPRD Kabupaten Kolaka Utara, Pembina Bengkel Narasi Kolaka Utara