“Mama Hengky” adalah seorang encim tua, kira-kira berusia 50 tahun. Mengenakan celana dan kebaya Cina, berkacamata. Rambutnya yang telah memutih dikonde. Gerak langkah serta jalannya memberikan kesan tipe hoakiao Shantung. Gaya, logat dan kostum menjadi  “trade mark” Mama Hengki.

Tapi sosok Mama Hengki ini hanya ada di atas panggung, di kaset atau di televisi hingga era tahun 80-an. Namanya mulai popular di layar kaca televisi dengan membawakan lawakan-lawakan dengan gaya berbeda bersama pembawa acara Eddy Sud.  Saat itu bukan saja penampilan si encim yang dianggap angin baru di dunia hiburan tanah air, tetapi humor-humornya pun segar dan  memberikan nuansa baru. Sebelum menjadi pelawak di televisi, ia sering manggung di RRI Jakarta bersama kelompok lawak Nusantara dengan membawakan lagu dan lawak.

Pemeran Mama Hengky ini bernama asli Hengki Untoro. Ia lahir di Surabaya pada 21 Juli 1948, anak ke 7 dari 8 bersaudara. Ayah ibunya berjualan karung bekas di jl Kyai Haji Mansur Surabaya. Sejak dalam kandungan ia sudah diminta bibinya untuk jadi anak angkat. Bersama Bibi dan Paman, Hengky tinggal di daerah Bongkaran, Semut Surabaya. Pamannya bekerja sebagai lurah.

Sejak usia 11 tahun Hengky sudah ikut latihan menari Jawa. Ketika kelas dua SMP, bibinya meninggal. Hengky merasa kehilangan. Untuk menghibur diri, ia sering ikut rombongan grup Sandiwara bernama “Misri”.  Bakatnya di atas panggung kian terasah. Karena terlalu fokus di dunia kesenian, hingga SMA nya tidak tamat. Meskipun begitu ia sudah berpenghasilan dari dunia kesenian yang ditekuninya.

Ketika Brimob membuat sandiwara ludruk Gema Tri Brata, Hengky bergabung. Ia menjadi pemain wanita.  Di awal penampilannya di acara lawak, ia selalu di posisi sebagai pelempar umpan, baru pelawak-pelawak profesional yang menyambut umpannya dan tertawalah penonton.

Pengalamannya selama 5 tahun  dalam sandiwara ludruk memberikan banyak pengetahuan dan pengalaman pada dunia lawak. Maka ketika teman-temannya mengajak  mendirikan grup lawak Topaz di Surabaya, ia pun menyetujui. Bersama Tohir, Parman, Djoddy dan Boreng ia pun berganti haluan dari Ludruk ke grup lawak.

Sumber: Sinar Harapan, 30-4-1982 hal 7. Koleksi Surat Kabar Langka Salemba-Perpustakaan Nasional RI (SKALA-Team).

(Visited 575 times, 7 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.