Oleh: Muhammad Sadar*
Indonesia yang sejak lama telah dibranding sebagai negara agraris dan negara kelautan bahkan didaulat sebagai poros maritim dunia yang mengedepankan semua sektor tersebut sebagai sektor strategis pembangunan nasional. Pergerakan sektor pertanian mayoritas dilakukan pada kawasan perdesaan atau pada pemukiman penduduk berbasis komoditas perkebunan, tanaman pangan atau hortikultura. Sedangkan sektor kelautan berbasis perikanan tangkap yang berada di sepanjang garis pantai pesisir negara ini dan dihuni oleh para nelayan tradisional maupun nelayan modern.
Sentra komoditas pertanian di perdesaan maupun sektor perikanan pada masyarakat pesisir laut,selain berfungsi untuk menghasilkan bahan pangan dan bahan baku industri,kedua sektor pembangunan tersebut diatas juga berperan dalam penyediaan sumber tenaga kerja dan mata pencaharian pokok masyarakat di perdesaan maupun menggerakkan sektor ekonomi seperti sistem transportasi, perdagangan dan jasa ekonomi lainnya.
Sejak jaman pra kemerdekaan hingga jaman sekarang, Tellulellangnge merupakan nama kampung atau lingkungan dalam wilayah administratif Kelurahan Mallawa di Kabupaten Barru. Pada awal pembentukan daerah tahun 1960, status awal Kelurahan Mallawa tersebut beridentitas sebagai desa,yaitu Desa Mallawa. Seiring dengan perkembangan penduduk dan dinamika pembangunan daerah maka Desa Mallawa diakuisisi menjadi Kelurahan Mallawa yang menaungi lima lingkungan antara lain Tellulellangnge, Joncongan,Mallawa, Padang Pobbo dan Jalange.
Sejarah penamaan kampung Tellulellangnge diawali oleh penghuni kampung tersebut hanya tiga keluarga.Tellu dalam bahasa Bugis artinya tiga sedangkan Lellang berarti rumah tangga/bertetangga, sehingga statuta Tellulellang atau Tellulellangnge secara harfiah bermakna bahwa pada mulanya lingkungan ini didiami oleh tiga rumah tangga dalam satu rumpun keluarga.Namun pertumbuhan jumlah penduduk hingga sekarang,kini Tellulellangnge telah dihuni oleh 957 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak 222 unit rumah dalam berbagai ukuran dan bentuk.
Posisi lingkungan Tellulellangnge berada pada jalan poros nasional antara Makassar dan Parepare dengan jarak orbitasi dari ibukota Kabupaten Barru sejauh 33 kilometer. Keberadaan lingkungan ini sangat strategis dimana terletak kompleks perkantoran pemerintahan pelayanan masyarakat tingkat Kecamatan Mallusetasi semuanya berada di Tellulellangnge.
Sejak masa pemerintahan Presiden Soeharto pada Pelita Pertama dan Kedua, pembangunan Puskesmas Palanro, Balai Penyuluhan Pertanian Mallusetasi dan Kantor Desa Mallawa yang paling awal dibangun, kemudian pada era 1980-an dilakukan pembangunan Kantor Pos dan Giro kecamatan maupun kompleks Komando Rayon Militer (Koramil 1405-05 Palanro) dan tiga tahun terakhir markas Polsek Mallusetasi juga telah berada di RW Tellulellangnge yang menempati bekas gedung UPTD Dinas Pendidikan Pemerintah Daerah Barru termasuk gedung Pusat Kegiatan Guru Mallusetasi berada di Tellulellangnge.
Selain infrastruktur perkantoran yang dibangun pemerintah,secara swadaya warga masyarakat Tellulellangnge pada tahun 1973 berhasil mendirikan rintisan rumah ibadah yang semula berupa masjid berukuran sederhana. Namun dengan kerjasama dan semangat beramal saleh, masyarakat
Tellulellangnge bergotong royong membangun sebuah masjid yang representatif yang diberi nama Masjid JNT (Jabal Nur Tellulellangnge). Melalui masjid JNT inilah pada tahun 2012 dimusyawarahkan bersama segenap warga bahwa Tellulellangnge harus menjadi sebuah lingkungan definitif.
Eksistensi Tellulellangnge menjadi sebuah lingkungan definitif sejak tahun 2012 silam setelah pemekaran lingkungan dari Mallawa,dan saat ini terdiri atas dua RT yang dipimpin oleh satu orang kepala RW atau lingkungan. Adapun batas-batas lingkungan yaitu di sebelah timur berbatasan dengan Desa Nepo,di sisi utara dan selatan masih dalam satu naungan Kelurahan Mallawa masing-masing RW Padang Pobbo dan RW Mallawa, sedangkan di sebelah barat beririsan dengan pesisir pantai selat Makassar.
Lingkungan Tellullellangnge tergolong wilayah kondusif dimana faktor keamanan dan stabilitas lingkungan menjadi jaminan dalam beraktifitas dan mengatur nafkah maupun pekerjaan sehari-hari masyarakat.Profesi yang dijalani para penduduk masyarakat Tellulellange antara lain ASN/TNI/Polri/Purnawirawan/Pensiunan, Warakawuri,Guru, Tukang,UMKM, Pedagang,Pelaut,
Nelayan,Petani dan lain-lain.Sumber daya lahan pertanian dan perairan laut menjadi salah satu media mata pencaharian penduduk di lingkungan ini.
Lahan pertanian yang tersedia di lingkungan Tellulellangnge berupa sawah tadah hujan yang hanya mampu ditanami padi sekali setahun pada musim rendengan/musim hujan setiap periode oktober-maret. Intensifikasi pertanian terutama dilakukan dalam budidaya padi inbrida seperti varietas Cakrabuana, Ciherang,Ciliwung, Inpari 32 dan varietas padi lainnya. Produktivitas padi yang dicapai selama ini antara 6-7 ton per hektare.Usaha tani tersebut dikelola oleh dua kelompok tani di wilayah ini yaitu Bunga Sibollo dan Tellulellangnge dengan luas areal persawahan masing-masing 11,26 hektare dan 10,06 hektare dengan jumlah petani pengelola lahan sawah keseluruhan sebanyak 44 orang.
Setelah panen padi, pada musim gadu petani mengoptimalkan pemanfaatan lahan sawah dengan melakukan penanaman komoditas semangka. Komoditas ini sudah menjadi bagian dari kehidupan petani di Tellulellangnge hampir tiga dekade silam. Semangat bersemangka telah menjadi tanaman pengungkit rentetan pekerjaan bersama masyarakat Tellulellangnge.Hal ini sangat beralasan karena selama aktifitas budidaya di lahan sawah,mulai pengolahan tanah, pesemaian/pembibitan, penanaman,dan tindakan pemeliharaan berupa pemupukan dan pengendalian hama penyakit secara berkala serta penyiraman setiap pagi-sore,kegiatan panen dan pengangkutan hingga penyediaan pemasaran maupun penawaran barang ke konsumen melibatkan segenap tenaga kerja keluarga dan kerabat lainnya dalam satu kampung Tellulellangnge.
Dengan memanfaatkan potensi kampung yang terletak di jalan nasional sehingga metode pemasaran komoditas semangka tersebut dipasarkan pada sisi jalan nasional dengan membangun etalase penjualan dan penawaran produk kepada para calon pembeli yang melintas.Potensi jalan besar ini dimanfaatkan sebagai media untuk menawarkan barang atau produk pertanian di sepanjang jalan nasional di Tellulellangnge.
Ada tiga tipe atau model perdagangan semangka di Tellulellangnge yaitu, Pertama,petani sebagai produsen menjual langsung hasil panen semangkanya ke pedagang.Kedua, petani bertindak selaku pedagang dengan memperjualbelikan sendiri hasil panennya atau membeli semangka dari daerah lain. Ketiga,warga murni pedagang dan bukan petani produsen. Status warga pedagang ini yang membeli produk semangka petani Tellulellangnge atau membeli semangka dari daerah lain lalu dipasarkan di sepanjang jalan nasional tersebut. Tak kurang 30 etalase yang menyediakan dan memasarkan semangka di sepanjang jalan nasional di Tellulellangnge sejak pagi,siang, sore,petang,malam, dini hari hingga pagi kembali menjaga, dan menjajal dagangan semangkanya.
Selain komoditi semangka, kreatifitas petani di Tellulellangnge juga mengusahakan komoditas jagung hibrida di lahan kering pada musim tanam rendengan atau musim tanam gadu.Luas lahan kering yang dimiliki oleh masing-masing kelompok tani yaitu Tellulellangnge seluas 10,00 hektare dan Bunga Sibollo seluas 11,26 hektare.Alokasi bantuan benih jagung pemerintah tahun 2024 yang diterima kelompok tani Bunga Sibollo sebanyak 150 kilogram dan saat ini mulai dalam proses panen.Produktivitas jagung petani yang dicapai selama ini antara 5,6 hingga
6,7 ton per hektare jagung ontongan basah.
Pembudidayaan tanaman jagung di Tellulellangnge merupakan komoditas tradisional bagi petani sejak dahulu sebelum dikenal benih hibrida dikalangan petani. Sumber tanamannya berasal dari galur yang biasa disebut jagung lokal pulut, namun dalam perkembangannya, benih jagung lokal berjenis komposit dan jagung hibrida telah tersebar luas termasuk jagung pop corn,dan sweet corn atau yang lebih dikenal sebagai jagung sayur.Jenis palawija lain yang diusahakan petani
Tellulellangnge adalah kacang tanah maupun aneka umbi-umbian lainnya.Tak ketinggalan juga komoditas hortikultura dan perkebunan meliputi sayuran daun/buah, pisang,nangka, mangga dan kelapa dalam sebagai sumber minyak klentik lokal.
Sumber daya alam yang tak kalah pentingnya bagi penduduk Tellulellangnge adalah sektor perikanan laut. Sektor perikanan merupakan pekerjaan tradisional bagi masyarakat pantai.Dengan bentangan laut yang dalam dan luas memberi dukungan terhadap kehidupan penduduk di wilayah pesisir. Profesi sebagai nelayan merupakan pekerjaan dominan bagi masyarakat yang mendiami pesisir pantai.
Tellulellangnge pada sepanjang wilayahnya yang di sebelah barat merupakan teritorial laut menjadikan warganya sebagian bekerja sebagai nelayan pesisir atau melakoni nelayan tangkap pada perairan laut dalam. Untuk mengorganisir kegiatan para nelayan, oleh pemerintah setempat telah mengesahkan kelompok nelayan sejak tahun 2020 dan menghimpun dalam organisasi nelayan yang disebut Kelompok Usaha Bersama (KUB) TURU CINNAE.KUB beranggotakan 20 orang nelayan yang setiap hari atau secara berkala berdasarkan musim terus mengarungi lautan untuk menangkap ikan.
Dalam melakukan aksi tangkap ikan, para nelayan menggunakan sarana penangkapan berupa kapal motor tempel (katinting), atau kapal tanpa motor.Jenis alat tangkap yang dioperasikan seperti
pancing rawe, pancing tonda, pancing ulur dan pancing layang-layang,serta jaring atau pukat. Aneka macam ikan laut yang menjadi sasaran tangkapan para nelayan antara lain ikan tuna,sunu, cakalang,kakap merah dan kakap putih, kerapu, bawal, tenggiri, kembung, layang,pari,cumi, malasuji, baronang,lobster dan golongan ikan hias.
Keragaman ikan sebagai hasil tangkapan para nelayan di laut,selain untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari dalam memenuhi sumber protein keluarga nelayan,juga untuk kebutuhan komersil kepada warga masyarakat Tellulellangnge maupun diperjualbelikan ke pasar kecamatan dalam wujud ikan segar.Metode perdagangaan hasil tangkapan ikan maupun sistem penangkapan yang digunakan tergolong konvensional karena dinilai masih terbatasnya kapasitas sarana maupun alat tangkap yang memadai. Namun demikian, semua kondisi tersebut sudah sangat cukup bagi nelayan dalam menjalani pekerjaan tersebut.
Dukungan sumber daya pertanian di daratan dan potensi perikanan di lautan sungguh sangat berkontribusi dalam memberdayakan masyarakat untuk dikelola dengan baik. Limpahan sumber daya tersebut menciptakan peluang usaha dan pekerjaan yang sanggup memenuhi kebutuhan penduduk.Berbagai kebutuhan hidup sehari-hari baik dari sisi pangan,sandang dan papan,biaya pendidikan anak sekolah,perawatan kesehatan,maupun penyediaan kendaraan penunjang pekerjaan semuanya terwujud.
Sektor pertanian dan perikanan sebagai suatu anugerah tuhan yang membuat sektor tersebut menjadi ladang penghidupan yang layak bagi masyarakat Tellulellangnge.Sisi-sisi kehidupan terisi optimal berkah dari potensi alam.Upaya untuk meraih kesejahteraan masyarakat tidak diragukan lagi dari peran sektor pertanian dan perikanan selama ini.Dukungan dari pemerintah terutama dalam stimulan bantuan sarana perlengkapan berusaha maupun penjagaan iklim keamanan kampung menjadi sebuah garansi untuk berusaha setiap waktu.Hanya bermula dari tiga keluarga penghuni kampung,kini Tellulellangnge menjadi keniscayaan sebuah RW politan yang diperhitungkan dan senantiasa dalam rahmat dan ridha Allah subehanahu wa ta’ala.
Sebagai catatan tambahan bahwa RW Tellulellangnge telah menjadi wilayah domisili penulis hampir 40 tahun lalu.Kampung ini sudah menjadi bagian history hidup dan lebih separuh usia penulis tergarap disini pasca hijrah dari kampung kelahiran.Hubungan kekerabatan dan faktor sosiologis lainnya telah terbangun sejak lama dari usia remaja hingga beranjak dewasa. Aura dan nuansa kehidupan di Tellulellangnge cukup mengukir kesan pencerahan dalam menggapai cita dan harapan di sektor pertanian dan perikanan.
Tellulellangnge,28 Agustus 2024
*Warga Bengkel Narasi Indonesia, Jakarta