“Dik, engkau tahu mengapa begitu banyak orang masih saja selalu merasa kekurangan, padahal ia memiliki jauh lebih dari orang lain?” Tanya Rahman kepada Rahma, kekasihnya.
“Mengapa demikian, duhai kinasih?” Rahma mengumbar penasarannya
“Itu karena ia selalu mencari apa yang tak ada. Dia tak pernah berusaha memaknai keberadaan hal ihwal.” Rahman membelai pelan kepala Rahma yang berbalut jilbab.
“Jadi, bagaimana gerangan cara agar diriku tak menjadi seperti yang dikau khawatirkan itu, kinasih?” Kali ini Rahma yang melontar tanya.
“Sederhana saja, jangan pernah meminta sesuatu kepadaku, apa-apa yang tidak bisa aku berikan.” Jawab Rahman.
“Baiklah, jangan letih ajari aku untuk menerima apapun yang engkau berikan.” Rahma bergelayut di lengan Rahman.
“Memang apa gerangan yang selama ini engkau idamkan dari diriku yang serba kekurangan ini?” Rahman merengkuh Rahma ke dalam dekap hangatnya.
“Aku mengharapkanmu tetap seperti itu, agar aku punya alasan menjadi berarti bagimu.” Rahma membenamkan kepalanya ke dada Rahman.
“Hadirmu menyempurnakan semesta kekuranganku.” Rahman mengecup kedua pelupuk mata Rahma.