Oleh: Sersan Kepala Irwan f, S.H.

Berkendara roda empat berangkat dari kediaman membawa perasaan antusias semangat berpetualang. Laju kendaraan dengan kecepatan stabil mengantarkan dari titik satu ke titik lainnya. Panorama hamparan sawah terbentang luas, freshnya udara membuat lebih nyaman, hembusan angin terasa dari setiap tarikan nafas membawa aroma yang menyegarkan. Keindahan alam yang memukau dan menakjubkan deretan gunung yang menjulang tinggi kagum atas ciptaan sang pemilik semesta. Setiap sudut pandang merefleksikan diri, menawarkan keunikan tersendiri menikmati momen mengiringi perjalanan semakin menarik.

Semangat determinasi menerobos derasnya hujan menyusuri jalan berkelok dan menanjak tak ketinggalan pula tikungan menguji konsentrasi kesabaran agar lebih percaya diri bisa melalui cuaca dan medan dengan aman. Kecepatan kuda besi terukur berpacu bersama waktu pada lintasan aspal yang licin,setiap detiknya menjadi berharga untuk menyelesaikan perjalanan.

Matahari sedikit mulai condong ke barat, tibalah di desa yang indah dan damai jauh dari kebisingan kota, tepatnya di Desa Lalebbata Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone,sebuah kampung bernama Lempue dimana Kompleks Makam Raja-Raja Lamuru beserta kerabat berada,tempat tujuan yang telah lama hendak dikunjungi. Wajah ceria berbalut hati riang gembira mengalahkan rasa lelahnya perjalanan.

Sejenak beristirahat menghela nafas panjang mengamati keindahan sekeliling.Terlihat rumah tradisional berdiri kokoh merupakan kekayaan budaya yang tak ternilai, hembusan angin sepoi-sepoi menambah heningnya suasana.

Pengisian data identitas bagian dari prosedur administrasi kunjungan sebelum memasuki lokasi makam. Ayunan langkah kaki diiringi pandangan mata begitu menakjubkan di mana bangunan arsitektur beberapa makam dikemas dari susunan batu menampilkan perpaduan unsur tradisional dan modern sebuah maha karya unik nan mempesona. Tersirat dari desain tersebut mencerminkan identitas, saksi bisu yang memiliki nilai sejarah, kaya akan budaya terkandung di dalamnya terpelihara dan terjaga eksistensinya.

Kunjungan ke makam leluhur bukanlah keputusan secara tiba-tiba atau instan, akan tetapi melewati tahapan proses penelusuran dari setiap petunjuk melalui saudara yang memiliki kemampuan spiritual. Semula merasa skeptis, namun dengan bimbingan dan pemahaman menguatkan bahwa ada sesuatu hal di luar logika atau nalar dapat diketahui melalui kemampuan tertentu, dan juga tidak mungkinlah kita ada saat ini tanpa adanya asal usul yang dalam bahasa Bugis “Assaleng riolota”.

Setiap langkah lebih mendekat ke sebuah makam dan seakan memasuki ruang dimensi berbeda merasakan aura kehadiran yang telah pergi seperti disambut dengan kehangatan penuh cinta kasih di tengah keluarga besar yang telah lama dinanti kedatangannya. Tepat di hadapan pusara
sederhana tanpa tulisan nama apa pun, tetapi dengan keyakinan menunjukkan itulah makam leluhur.

Meditasi singkat fokuskan hati serta pikiran mencoba menyelami ke kehidupan mereka masa lampau yang penuh tantangan mempertahankan hidup dan tradisi budaya. Ketabahan, kesabaran serta integritas merupakan kekuatan untuk keluar dari zona kesulitan yang terjadi pada zamannya. Teriring doa semoga arwahnya mendapat ketenangan serta kedamaian di alam kehidupannya yang abadi. Memang dari kasat mata nampak secara fisik hanya sebuah makam, namun ada kekuatan spiritual yang tidak terikat oleh ruang dan waktu, memilih anak cucunya yang pantas diberinya petunjuk. Tak terlewatkan pula ziarah ke makam lainnya sebagai wujud penghormatan dan penghargaan karena tentu mereka adalah rumpun yang tak terpisahkan satu dengan lainnya, memiliki jejak sejarah berbeda pada masanya masing-masing.

Tersimpan makna mendalam yang tak terhingga bukan tentang mencapai tujuan tertentu, melainkan proses memahami diri sendiri menyadari bahwa penyertaan leluhur selalu membersamai pada setiap perjalanan kehidupan kita, bukan sekadar wisata peninggalan sejarah tetapi dorongan energi yang luar biasa untuk mengetahui, mengenali, dan merasakan serta melekatkannya kedalam sanubari. sikap sebagai generasi penerus yakni menghormati dan melestarikan warisan, tradisi yang ditinggalkan, merawat dan menjaga adalah salah satu cara mengingatnya selalu. Sebuah ungkapan dalam bahasa Bugis “Sisenge Mattulu Tallu” saling mengingatkan karena ikatan persaudaraan dan “Tau riawang- riawang, Tau riaseng-riaseng,Tau risompereng riwataku”. Ingatlah asal usulmu, Ingatlah leluhurmu, Ingatlah tanah airmu.

Suatu pesan untuk berkomitmen memelihara ikatan persaudaraan dengan pererat kebersamaan akan menjadi satu kekuatan yang tak mudah digoyahkan. Warisan dan tradisi berupa bahasa,adat istiadat serta kearifan lokal adalah identitas yang selalu dijaga agar bisa terus hidup tumbuh berkembang tak akan tergerus oleh perubahan zaman.

Wisata spiritual memberi gambaran akan praktik penghormatan kepada nazab keluarga sebagai titisan dari para leluhur kita di masa lampau.

Salam Literasi.
Parepare, 19 Juni 2025.

(Visited 66 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.