Guru adalah manusia sosial yang berhati mulia yang bertugas untuk membagi dan mentransfer ilmu yang dimilikinya pada orang lain yang ingin menerimanya, terutama para murid yang haus akan iptek. Ia merupakan kamus hidup yang dari padanyalah tempat kita bertanya, tempat kita menimba ilmu, sebelum google muncul.
Guru itu merupakan pelita dalam kegelapan, tanpa dia kita tidak tahu dan tidak mengenal ilmu pengetahun (iptek), yang akan merubah kehidupan seseorang (anak didiknya) dari yang tidak baik menjadi baik, menjadi manusia yang berguna dan bermanfaat di masyarakat, bagi nusa dan bangsa.
Semua profesi di dunia ini terbentuk dan ada karena berkat dan jasa dari seorang guru yang rela mengorbankan waktu, dan tenaganya untuk mendidik orang lain hingga mereka memperoleh pekerjaan yang mereka impikan. Profesinya merupakan profesi mulia, sehingga semua orang perlu menghormatinya sebagai “pahlawan tanpa tanda jasa”, karena pemerintahan kurang memperhatikannya.
“Menurut Ki Hajar Dewantara, guru bukan hanya sekadar pemberi ilmu, tetapi juga seorang pamong yang menuntun dan membimbing peserta didik. Guru ideal adalah, guru yang mampu menjadi teladan, membangun semangat, dan memberikan dorongan dari belakang. Guru juga seperti juru tani yang merawat dan memelihara tanaman (peserta didik) agar tumbuh subur”.
Menurut Ki Hajar Dewantara
- Guru seperti: “Ing Ngarsa Sung Tulada”( Di depan memberi contoh atau teladan). “Ing Madya Mangun Karso”(di tengah membangun semangat dan niat). “Tut Wuri Handayani” (di belakang memberikan dorongan dan kekuatan).
- Guru sebagai Pamong: Seorang pendidik yang mengasuh dan membimbing peserta didik dengan penuh kasih sayang, sesuai dengan kodrat anak.
- Guru sebagai Sistem Among: Sistem pendidikan yang berpusat pada anak, di mana guru berperan sebagai penuntun dan pembimbing, bukan pengatur.
- Guru sebagai Juru Tani: yang merawat dan memelihara peserta didik seperti seorang petani merawat tanamannya.
“Jadi guru adalah sosok yang holistik, tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter dan kepribadian peserta didik agar menjadi manusia merdeka yang bahagia”. Ki Hajar Dewantara
Guru yang berhasil adalah, guru yang mendidik dan membimbing anak didiknya hingga mencapai puncak kesuksesannya, bukan hanya menaikkan dari satu kelas ke kelas lainnya, atau meluluskannya dari satu periode ke periode selanjutnya. Untuk itu ia harus memahami dan menyatu dalam dunia anak didiknya, menjadi teman curhatnya sepanjang hayatnya.
“Guru yang biasa-biasa saja hanya memberitahu, guru yang baik menjelaskan, guru yang unggul menunjukkan, dan guru yang hebat itu menginspirasi”. William Arthur Ward (Logika Filsuf).
Namun para anak didik jaman now tidak menghiraukannya, bermain semau gue di dalam kelas, mendekati ujian baru minta nilai yang baik pada guru, ada yang malah mengolok-golok, memaki-maki, dan yang terberat adalah sampai menghianati, memukul dan membunuhnya.
“Guru adalah seorang pendidik profesional yang memiliki tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, dan melatih peserta didik. Mereka berperan penting dalam proses pembelajaran dan pengembangan siswa, baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Guru tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter, menanamkan nilai-nilai, dan membantu siswa mencapai potensi terbaik mereka”. Kamus besar google.
Guru yang memahami esensi mendidik tahu bahwa ilmu pengetahuan bukan sekadar hal yang ditransfer, tetapi sesuatu yang tumbuh dari dalam diri siswa—dan pertumbuhan itu hanya mungkin terjadi dalam lingkungan yang penuh penghargaan dan dukungan. Saat siswa merasa dihargai, mereka akan lebih terbuka untuk belajar, berani bertanya, dan tidak takut melakukan kesalahan. Ini adalah ruang di mana rasa ingin tahu bisa tumbuh secara alami.
Penghargaan dari guru bukan hanya soal pujian, tapi tentang melihat potensi siswa, mendengarkan pendapat mereka, dan mengakui bahwa setiap anak punya cara unik dalam memahami dunia. Dukungan pun bukan hanya bantuan teknis, melainkan juga kehadiran yang memberi rasa aman: bahwa kegagalan bukan akhir, tapi bagian dari proses belajar. Dalam suasana seperti ini, pembelajaran tidak lagi terasa sebagai beban, tetapi menjadi pengalaman yang bermakna.
Guru yang baik bukan hanya pengajar, tapi juga pembimbing emosional dan moral. Ia menciptakan ruang kelas sebagai tempat tumbuh, bukan ruang uji. Karena itu, kualitas relasi antara guru dan siswa jauh lebih penting daripada sekadar prestasi akademik. Ketika siswa merasa dilihat dan diterima, di situlah pembelajaran sejati bermula.
Misi utama guru, antara lain:
1. Pendidik Profesional
Guru adalah individu yang memiliki kualifikasi dan kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran secara profesional. Menurut KBBI, guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar.
2. Mendidik
Guru berperan dalam membentuk karakter dan kepribadian siswa, menanamkan nilai-nilai moral, etika, dan sosial.
3. Mengajar
Guru menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku, menggunakan berbagai metode dan strategi pembelajaran.
4. Membimbing
Guru memberikan arahan, dukungan, dan motivasi kepada siswa dalam proses belajar.
5. Melatih
Guru membantu siswa mengembangkan keterampilan dan potensi yang dimiliki, baik dalam bidang akademik maupun non-akademik.
6. Peran Guru
Guru bukan hanya menyampaikan materi, tetapi juga berperan sebagai fasilitator, motivator, dan evaluator dalam proses pembelajaran.
7. Tanggung Jawab Guru
Guru bertanggung jawab atas perkembangan siswa secara holistik, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.
“Jadi, guru memiliki peran yang sangat krusial dalam dunia pendidikan dan pembangunan sumber daya manusia. Guru adalah orang yang berada di garis terdepan dalam dunia pendidikan”. Menurut Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS).
Kalau di Indonesia professor itu merupakan gelar terakhir dalam pendidikan, dimana orang tersebut telah menemukan suatu teori dalam studinya. Tetapi di Timor Leste guru disebut sebagai professor (dalam portuguis) yang berarti bahwa seseorang yang sudah mengambil profesi ini, ia sudah professional dalam segala hal, terutama dalam iptek baik teori maupun praktek. Maka kalau ia dipangil sebagai professor berarti ia sudah professional dalam bidangnya maupun bidang-bidang lainnya yang berkaitan dengan iptek (jaman now), sehingga ia disebut sebagai professor yang profesional.
Kalau toh masih ada beberapa professor yang sampai saat ini, belum bisa mengoperasikan computer itu karena ia sendiri tidak mau belajar dan mencari tahu, dan hanya bergantung pada orang lain, sehingga ia masih ketinggalan jaman. Karena itu tugasnya bukan hanya mengajar saja, tetapi di samping itu ia juga harus selalu belajar untuk beradaptasi sesuai dengan jamannya, “dimana bumi diinjak disitu langit dijunjung“.
Menurut Santo Yohanes Bosco, seorang guru harus menjadi pendidik yang penuh kasih sayang, akal budi, dan religius. Guru harus membangun hubungan yang dekat dengan murid-murid, memahami kebutuhan mereka, dan membimbing mereka secara holistik, bukan hanya dalam aspek akademis, tetapi juga dalam pembentukan karakter dan spiritualitas.
Poin-poin penting:
- Kasih sayang (Rasa cinta): Guru harus menunjukkan cinta dan kepedulian yang tulus kepada murid, sehingga mereka merasa dicintai dan aman. Don Bosco menekankan bahwa “Tidaklah cukup mengasihi anak-anak; mereka harus sungguh-sungguh mengalami bahwa mereka memang dicintai,”.
- Akal budi (Raison d’être): Guru harus menggunakan akal budi dalam mendidik, memahami potensi dan keunikan setiap murid. Sistem pendidikan Don Bosco menekankan pada pencegahan daripada hukuman, dengan pendekatan yang persuasif dan mendidik.
- Religius (Agama): Guru harus mengajarkan nilai-nilai agama dan moralitas, membantu murid untuk mengembangkan kehidupan spiritual yang seimbang.
- Membangun hubungan: Guru sebaiknya menjadi teman dan motivator bagi murid, bukan hanya sosok otoriter. Don Bosco menentang sistem pendidikan yang represif dan menekankan pada hubungan yang positif antara guru dan murid.
- Sistem Pencegahan Salesian: Sistem pendidikan yang dikembangkan oleh Don Bosco menekankan pada pencegahan masalah melalui pendekatan yang persuasif, kasih sayang, dan pendidikan yang holistik.
Jadi menurut Don Bosco, guru adalah sosok yang penuh kasih sayang, bijaksana, religius, dan mampu membangun hubungan yang positif dengan murid untuk membantu mereka tumbuh dan berkembang secara optimal.
Jadi Kesimpulannya:
Siapa saja yang bercita-cita menjadi guru, harus belajar dari beberapa aspek yang telah dipaparkan di atas, dan mengaplikasikannya, niscaya pasti menjadi seorang guru yang professional dan dicintai oleh anak didiknya. Karena mereka menemukan orang yang tepat, yang membimbing mereka dengan penuh kasih sayang, bijaksana, religius, sehingga tumbuh dan berkembang secara optimal, merubah hidupnya melalui pendidikan menjadi manusia yang berguna bagi keluarga, gereja, negara dan dunia.
Fonte: dari berbagai sumber di google & pengalaman penulis.
By EdoSantos’25