Catatan Batin Sainal Adi

Dikeheningan malam  aku duduk termenung mengingat akan sosok dirimu. Tidak terasa air mata ini menetes membasahi wajah. Kerinduan akan dirimu terkadang sulit aku lupakan.

Namun kerinduan yang aku rasakan saat ini tidak pernah berujung. Engkau telah pergi meninggalkan aku selama lamanya. Kepergianmu bagaikan bumi ini runtuh dan seakan tidak percaya namun nyata. Awal kepergianmu seakan membuat aku larut dalam kesedihan namun hidup harus terus berjalan.Hari-hari aku lewati dengan berusaha tegar menerima kenyataan itu. 

Puncak kesedihan muncul di saat  belum setahun kepergianmu, orang tua satu-satunya yang masih tersisa yaitu ayah hendak kawin lagi. Aku berusaha mempertahankannya namun gagal. Aku lewati hari- hari bersama ibu tiri  dengan menerimanya sebagai pengganti sosok dirimu.  Tapi tidak lama bersama, sifat aslinya mulai muncul yang membuat diriku sulit memaafkannya. Aku sudah berjanji pada diri sendiri bahwa tidak ada yang bisa menggantikan ibu.

Seiring berjalannya waktu, sikap seorang ayah yang dulu peduli dan sayang sama aku melebihi segalanya, kini berubah drastis. Ia lebih memilih istrinya. Saat itu aku merasa sedih. Ibu sudah pergi dan ayah juga berubah. Aku tidak tahu harus mengadu kemana.

Namun aku bersyukur masih banyak orang yang begitu peduli sama aku. Namun tetap saja rasa rindu itu tidak bisa hilang dari ingatan, selalu aku rasakan setiap saat. Aku menyadari tidak selamanya kita hidup di dunia ini. Hanya sementara saja kita ada. Namun yang namanya manusia biasa terkadang sulit menerima kenyataan.

Akhir kata, ibu tenanglah disisiNya. Suatu saat nanti aku pasti menyusul. Maafkan semua kesalahan anakmu ini.  Hanya doa yang selalu aku panjatkan untuk ibu tercinta.

Watansoppeng, September 2021

(Visited 65 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

%d blogger menyukai ini: