Dalam menjalani kehidupan dunia, setiap orang pasti memiliki cerita sedih dan bahagia. Setiap orang pasti mengharapkan kebahagiaan dalam menjalani kehidupan, sebaliknya tidak seorangpun menginginkan kesedihan menyertai langkah hidupnya. Lalu bahagia itu apa?

Nampaknya tidak ada definisi kebahagiaan berlaku universal. Setiap orang berhak mendefinisikan bahagianya masing masing. Ada yang merasa bahagia ketika bisa membuat orang lain tersenyum bahagia. Ada juga merasa bahagia jika ia bisa terus memperbaiki diri dari waktu ke waktu. Ada juga sebagian orang merasa bahagia ketika mempunyai harta berlimpah, pangkatnya naik, gelar akademiknya bertambah. Sebaliknya ada juga sebagian orang merasa bahagia karena keluarganya selalu tenteram, sehat, damai, walaupun hidupnya sederhana.

Sesungguhnya paragraf kedua di atas hanya penyebab kebahagiaan yang datang dari luar diri kita (Bang RIM menyebutnya kebahagiaan eksternal). Ada sisi lain yang menjadi sumber utama kebahagiaan yang terkadang kita pada umumnya tidak memahaminya (Bang RIM menyebutnya kebahagiaan internal).

Jenis kebahagiaan internal inilah yang jauh lebih menarik kita maknai. Untuk mendalaminya, izinkan saya berpijak pada pandangan sang inspirator jiwa bapak Ruslan Ismail Mage (RIM) yang mengurai secara rinci bahwasanya “Sumber utama kebahagiaan itu ada tersembunyi di lubuk hati paling dalam. Karena itu harus digali terus menggunakan energi positif, agar muncul kepermukaan. Jangan menunggu diberikan orang lain, siapa pun dia”. Menurutnya, kalau kebahagiaan kita ditentukan oleh orang lain, harus siap-siap menangisi kehidupan kita di kemudian hari. Hal ini akan terjadi ketika orang yang membawakan atau memberikan kebahagiaan itu pergi meninggalkan kita, entah karena pihak ketiga, entah karena Tuhan kebih menyayanginya.

Lain halnya kalau kita menggali, merawat, dan memupuk kebahagiaan kita sendiri yang tumbuh dari dalam. Ia akan tetap abadi tidak meninggalkan kita, karena kita memilihnya untuk bahagia. Jadi sesunggguhnya kita sudah memilih bahagia baru datang kekasih pujaan hati yang posisinya hanya menambah kebahagaiaan yang telah kita miliki jauh sebelum kekasih pujaan hati datang.Kalau suatu saat berpaling lalu pergi, dia hanya membawa sekeping kecil kebahagiaan yang ada dalam jiwa kita. Selebihnya masih utuh memeluk jiwa kita. Karena memang kita dari awal yang memiliki dan merawatnya.

Kalau uraian sang penggerak Bang RIM di atas disimpulkan, jelas memberi pesan kepada siapa pun khususnya wanita bahwa, “Bahagia itu adalah pilihan, bukan pemberian. Jadi kita jangan telat memilih membahagiankan diri kita sendiri. Siapa pun yang datang posisinya hanya menambah kebahagiaan yang telah kita miliki dan tumbuh kembangkan sebelumnya”.

Untuk mendapatkan justifikasi dari uraian Bang RIM di atas, izinkan saya mengutip pendapat sahabat Rasulullah Saw yang mengatakan, “Aku sudah pernah merasakan kepahitan dalam hidup. Dan yang paling pahit adalah berharap pada manusia. (Ali bin Abu Thalib).

(Visited 1,485 times, 1 visits today)
3 thoughts on “Jangan Menunggu Bahagia Diberikan Orang Lain”
  1. Kebahagian akan selalu hadir mengisi hidup kita bila senantiasa mensyukuri nikmat yg allah berikan ,dan bika kita mampu membahagiakan diri sebdiri maka ktapun nampu memberikan kebahagian pda orang” yg ada di sekeliling kta,
    Seperti matahari & bulan yg selalu setia memberikan sinar & cahayax pada persada,
    sehingga mahluk bumi nampu merasakan kebahagian yg tiada tara

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.