Sebuah bangunan bersejarah seperti Monumen Perjuangan Rakyat Sumatera Selatan, menjadi tujuan pertama saya setelah puluhan tahun belum lagi pulang kampung.

Selain monumen tadi, tentu tak lupa melaksanakan sholat perdana di Masjid Agung Palembang yang posisinya tidak jauh dari Monumen.

Sayangnya kondisi Museum tadi sepi pengunjung dan terkesan jorok dibeberapa lokasinya menjadi tempat pembuangan sampah. Hal ini yang membuat monumen tadi terasing di negeri sendiri.

Pengalaman berharga ini saya dapatkan setelah mengambil cuti tahunan dari kantor untuk membesuk kondisi sang ibu, yang puluhan tahun belum pernah saya jenguk.

Begitu menginjakkan kaki di “Bumi Sriwijaya” yang aku rindukan, rasa haru akan bertemu ibu sedikit terobati. Usai melepas kangen sama ibu dan saudara-saudara yang puluhan tahun tak berjumpa.

Pasca rehat selama dua hari, tepatnya Jumat, 13 Oktober 2023. Saya dan dan adek meluncur ke objek wisata jembatan AMPERA, salah satunya mengunjungi Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera) Sumatera Selatan. Posisi Monpera persis berada di seberang Masjid Agung sekaligus melaksanakan sholat jumat perdana disana.

Selain itu, lokasinya berdekatan pula dengan Museum Sultan Mahmud Badaruddin II. Disini saya tidak bisa menuliskan “kemahsyuran” Sultan, pasalnya tidak jadi masuk museum yang lagi “bersolek”.

Petualangan singkatpun berlanjut ke Benteng Kuto Besak yang merupakan warisan Cagar Budaya kerajaan Sriwijaya, “dak taunyo Benteng Kuto Besak la bealih fungsi sebagai instansi Militer, kecewalah yang aku dapatkan,” terlebih lagi warga tidak diperkenankan masuk dalam kawasan Benteng Kuto Besak tadi.

Akhirnya kami hanya mampu melihat-lihat sungai musi yang diatasnya berdiri gagah sebuah bangunan iconic yang dulunya namanya Jembatan Soekarno yang sekarang dikenal dengan nama Jembatan AMPERA atau Amanat Penderitaan Rakyat warisan penjajah.

Namun sebelumnya kami mendatangi Monumen Perjuangan Rakyat Sumatera Bagian Selatan atau yang disapa Monpera. Keberadaan Monpera untuk menggali kembali kesadaran sejarah perjuangan dalam menegakkan kemerdekaan nasional yang sifatnya mengingatkan semua bangsa Indonesia, terkhusus warga Palembang. Monumen Perjuangan Rakyat ini berlokasi di Jalan Merdeka Nomor 1 Palembang Sumatera Selatan di titik 0.

Selain Jembatan Ampera juga terdapat Air Mancur yang berhadapan dengan Masjid Agung Palembang sehingga menambah keindahan kota pempek ini.

Monumen perjuangan Rakyat Sumatera Selatan tersebut menjadi saksi bisu perang yang berlangsung selama 5 (lima) hari 5 (lima) malam, bermula saat tentara belanda melanggar garis demokrasi sehingga terjadi pertempuran antara Tentara Republik Indonesia (TRI) dan penjajah Belanda, setelah perang yang semakin tidak kondusif akhirnya perang diakhiri dengan kesepakatan untuk menghentikan kontak senjata antara keduanya. Peletakan batu pertama pada tanggal 17  Agustus 1975, Pembangunan monumen selesai pada 1988, yang kemudian diresmikan oleh Alamsyah Ratu Prawiranegara dengan nama Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera). Tepat di bawah patung Garuda pada dinding Monumen Perjuangan Rakyat Sumatera Bagian Selatan itu bertuliskan pesan,

“Monumen Perjuangan Rakyat Sumatera Bagian Selatan. Fungsi menggali kembali kesadaran sejarah perjuangan dalam menegakan kemerdekaan nasional. Sifat mengingatkan semua aktivitas perjuangan hikmah agar menjadi suri tauladan bagi generasi penerus cita-cita bangsa. Maksud mengenang jasa-jasa para pahlawan bangsa sebagai titik nol generasi muda dalam mengisi kemerdekaan dan pembangunan”

Bangunan Monumen perjuangan rakyat sumatera selatan merupakan upaya mengingat kembali perjuangan para pahlawan yang telah gugur demi mempertahankan kemerdekaannya.

Sehingga monumen tidak hanya menjadi sekadar bangunan sakral yang menggambarkan kejayaan masa lalu belaka, tetapi lebih dari itu, monumen bisa menjadi wadah untuk terus menjaga dan melestarikan nilai-nilai luhur perjuangan nasionalisme bangsa Indonesia.

Untuk itu agar warisan bersejarah seperti Monumen Perjuangan Rakyat Sumatera Selatan ini tidak terlupakan di Negeri Sendiri mari kita rawat bersama kebersihan dan keindahan Monpera dari tangan-tangan jahil yang tidak bertanggungjawab.

Dirasa cukup berkeliling lokasi bersejarah tadi, kamipun balik kanan dengan memanfaatkan moda transportasi kereta api dalam kota (Light Rail Transit/LRT) yang kebersihan, kenyamanan dan keamanannya cukup terjaga dengan baik.

(Visited 25 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.