Oleh: Muhammad Sadar*
Dalam sepekan terakhir bulan oktober 2023 penulis menghadiri dua wilayah penutup acara musyawarah mappalili musim tanam 2023/2024 dan musim tanam 2024 tingkat kecamatan yaitu Kecamatan Barru dan Kecamatan Tanete Riaja. Kedua pimpinan wilayah ini dalam sambutannya menarik karena menyampaikan pentingnya inovasi dalam sektor pembangunan pertanian selain materi peningkatan SDM petani dan diversifikasi usaha tani serta keberlanjutannya.Beliau menegaskan kontribusi inovasi untuk meningkatkan produktivitas padi agar petani tetap produktif dalam mengelola sistem budidaya pertanian.
Menurut Luecke (2003), inovasi merupakan suatu proses untuk mewujudkan, mengkombinasikan atau mematangkan pengetahuan/ide, gagasan yang kemudian disesuaikan guna mendapat nilai baru suatu produk,proses atau jasa. Inovasi biasa juga disebut proses melakukan sesuatu dengan cara baru ataupun berbeda yang memberikan nilai tambah dan bisa direplikasi oleh pihak lain.
Pada proses penerapan kemampuan berinovasi menurut Kuratko,D.F.(2009),inovasi terdiri dari empat jenis yaitu:penemuan, pengembangan, duplikasi dan sintesis. Pengembangan merupakan tahap lanjut dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya.
Sejak dua dekade terakhir Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Barru telah melakukan terobosan inovasi dan investasi pada sektor perbenihan padi.Kegiatan yang dilakukan adalah upaya rintisan dalam mendesain kelompok tani menjadi calon penangkar benih serta mendirikan infrastruktur perbenihan/perbibitan berupa stasiun prosesing benih padi di Desa Lompo Tengah Kecamatan Tanete Riaja.Di dalam stasiun tersebut dilengkapi sarana seed cleaner machine, gudang dan lantai jemur. Kebijakan perbenihan diimplementasikan melalui pembinaan, bimbingan teknis dan kerjasama produksi dengan para kelompok tani penangkar serta kemitraan bersama korporasi perbenihan nasional.Tujuan kegiatan penangkaran benih ini adalah melakukan proses produksi benih padi unggul bersertifikat disamping penyebaran varietas unggul padi lebih merata dan meluas di tingkat lapang,penguatan pendapatan petani serta perolehan PAD yang dihasilkan dari jasa perdagangan benih untuk Pemerintah Daerah Barru.
Penulis hendak mereview kembali beberapa program perbenihan nasional yang mengarah kepada kegiatan pengembangan varietas unggul baru di Kabupaten Barru yang merupakan bagian dari pengembangan inovasi padi antara lain:
1.Program Desa Mandiri Benih (DMB)
Program DMB yang disiapkan oleh Direktorat Perbenihan Kementan berlangsung antara tahun 2015-2017 yang diletakkan di Kelurahan SepeE dan Desa Lompo Tengah masing-masing satu kelompok tani peserta. Program DMB bertujuan meningkatkan ketersediaan benih petani secara mandiri dan mengangkat benih lokal untuk diproduksi massal. Kegiatan ini dilengkapi sarana pendukung penangkaran, bimbingan teknis dan SOP perijinan maupun fasilitasi badan usaha penangkaran. Selain tujuan dan fasilitasi tersebut petani memperoleh manfaat seperti peningkatan pendapatan dan jaminan pasar benih.Kelompok tani peserta program DMB telah memproduksi benih varietas lokal dan VUB lainnya sebesar 30-40 ton per musim tanam dengan luas tanam antara 10-20 ha. Usaha tani penangkaran tersebut tetap berkelanjutan hingga saat ini walaupun program DMB telah berakhir pada tahun 2017 silam.
2.Program Pengembangan Petani Produsen Benih Tanaman Pangan(P3BTP)
Berbasis Korporasi sejak tahun 2018 oleh Direktorat Perbenihan Kementan. Kegiatan ini merupakan upaya untuk menyediakan benih padi bersertifikat melalui pola kerjasama produksi antara kelompok tani penerima program dengan korporasi.Kegiatan inilah yang mengawali dan memulai pengembangan varietas unggul baru(VUB) padi yaitu Inbrida Padi Sawah Irigasi
disingkat Inpari.
Jenis varietas inpari yang dikembangkan pada program P3BTP yaitu inpari 30,32,33 dan inpari 42.
Keempat jenis varietas tersebut memiliki karakteristik VUB yakni: potensi hasil tinggi, ketahanan terhadap cekaman biotik dan toleransinya terhadap cekaman abiotik, postur/gambaran morfologi tanaman serta kesesuaian agro ekosistem budidayanya. Korporasi yang terlibat dalam program P3BTP ketika itu adalah perusahaan perbenihan nasional PT.Pertani-UPB Pangkep dibawah kendali pimpinan Hendrivo.MS. Dukungan yang diberikan berupa penyediaan benih sumber,
bimbingan teknis lapangan dan SOP penangkaran serta PT.Pertani bertindak selaku off taker yang mengokupasi produksi yang dihasilkan petani dalam bentuk CBKS(Calon Benih Kering Sawah).
Sebagai gambaran pencapaian program dalam rentang waktu tiga musim tanam tahun 2018-2020 bahwa produksi dan luas panen dari masing-masing varietas yaitu inpari 32 sangat signifikan dalam kinerja produktivitasnya.Varietas tersebut mampu menghasilkan CBKS 180 ton dengan luas panen 75 ha. Dibandingkan dengan inpari 30,33 dan inpari 42 hanya mampu terserap 18-62 ton dengan luas panen antara 10-50 ha. (Dinas Pertanian Barru dan PT.Pertani-UPB Pangkep,2020).
Dari keempat jenis varietas inpari tersebut pasca pelaksanaan program, ternyata inpari 32 tetap eksis dan berkelanjutan diusahakan petani setiap musim tanam. Penilaian petani sebagai pengguna bahan tanam terhadap varietas inpari 32 selain beradaptasi baik di lingkungan tumbuh sawah irigasi dan sawah tadah hujan, produktivitasnya bahkan melampaui potensinya diatas 8,0 ton/ha,walaupun rata-ratanya mencapai antara 6,0-8,0 ton/ha, selain rendemen ditingkat penggilingan mencapai 60-62% (KSA BPS, 2022).
Produktivitas inpari 32 ataupun varietas lainnya akan tercapai optimal jika semua variabel pendukung bisa memberi pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman. Komponen budidaya terutama dalam pemilihan dan perlakuan benih, sistem tanam, manajemen HAO(hara,air dan opt) serta penanganan panen yang baik dan bisa menekan losses.Yang tidak kalah pentingnya adalah SDM petani yang “suka atau tidak suka,senang atau tidak senang dan mau atau tidak mau” melakukan perubahan pola budidaya yang direkomendasikan melalui penerapan inovasi yang berkualitas.
Jika dibandingkan dengan VUB yang lain, penyebaran inpari 32 yang dilepas Kementan tahun 2013 silam, merupakan varietas terbanyak ketiga yang ditanam petani setelah varietas Ciliwung dan Mekongga.Penggunaannya mencapai 1.417-3.879 ha (19-24 %) dari total luas tanam padi setiap musim antara 7.569-16.222 ha dalam kurun waktu lima tahun terakhir.
Oleh sebab itulah,diksi inovasi yang diucapkan Camat Barru Hj.A.Hilmanida, S.STP.,M.Si dan Camat Tanete Riaja Dr.Mukti Ali,S.H.,M.H dalam sambutan musyawarah mappalili sangat menginspirasi jagat benak literasi penulis dalam mengupdate program dan kegiatan perbenihan sebagai salah satu upaya pengembangan varietas unggul baru(VUB) pada komoditas padi di Kabupaten Barru, yang diharapkan mampu mendorong, mengungkit dan menumbuhkan kinerja produktivitas padi guna peningkatan kesejahteraan petani dengan ekspektasi bahwa ketahanan pangan wilayah tetap terjaga seutuhnya.
Barru,23 Oktober 2023
*Penguji Perbenihan/Perbibitan TPHBun Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Barru