By Rosita Samad

Sebuah catatan perjalanan

Panas terik port Tanjung Perak Surabaya saat kapal pendorong mulai menuntun kapal Darma Kencana VII hingga lepas jangkar perlahan meninggalkan dermaga. Jembatan Suramadu yang kian mengecil seiring bertolak arahnya kapal menuju navigasi ke arah laut Makassar. Jelang isya lampu-lampu masih terlihat di jejeran sisi kanan buritan kapal dan kemudian benar-benar tak terlihat lagi sesaat kemudian.

Subuh Jumat 29 Desember 2023 penghujung tahun mentari mulai merangkak naik di antara lautan luas tak bertepi, cerah sekali dan Allah mentakdirkan diriku ada di atas lautan di atas bahtera hasil teknologi manusia, betapa Maha Besar dan Maha Agung Allah Azza wa Jalla atas segalanya. Betapa kecilnya kita di hadapan Allah. Lautan yang demikian luas dan manusia berlayar di atasnya dengan nyaman.

Sebagaimana dalam kitab Al-Qur’an surah Al Kahf ayat 109 (terjemahan), “Katakanlah (Muhammad) seandainya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimat kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai penulisan kalimat kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan sebanyak itu pula.” Demikianlah gambaran betapa tak terhingganya nikmat Allah dalam kehidupan kita. Burung kecil beterbangan di tengah lautan dan sesekali terjun ke permukaan laut menangkap ikan yang ditakdirkan oleh Allah sebagai rezekinya hari ini jauh di tengah laut dan mungkin bermil-mil jauhnya terbang, masya Allah. Manusia dengan berbagai karakter dan latar belakang menyatu dengan satu tujuan, tiba dengan selamat di pelabuhan Makassar dan kemudian bertebaran lagi mencari rezeki Allah.

Nikmat harta, nikmat sehat, nikmat sempurna pancaindra, nikmat keluarga, nikmat pekerjaan yang layak, dan nikmat lain yang sangat banyak dan berbeda sesuai takaran kita masing-masing. Sepenggal catatan perjalanan Surabaya-Makassar ini semoga lebih menundukkan hati bahwa di tengah bahtera lautan ini ada dasar yang tak terukur dan ada langit yang berlapis tempat saya dan Anda semua berpijak di bawah langit yang sama dengan takdir yang berbeda.

Mentari telah bersembunyi diganti rembulan malam saat Makassar telah terlihat dari kejauhan. Di atas bahtera lautan ini selama kurang lebih 30 jam saya ingin berbagi nasihat kebaikan buat semua yang membaca tulisan ini sebagaimana diperintahkan untuk saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran. Semoga kita semua tetap menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain dan tetap menjaga keseimbangan lingkungan hidup kita sebagai wujud syukur kepada sang pencipta Allah Swt.

Surabaya to Makassar
29 Desember 2023

Rosita Samad

(Visited 218 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.