Apa yang kita pikirkan ketika mendengar kata berbagi? Sebagian orang mungkin mengatakan bahwa berbagi itu membuatnya bahagia dan merasa puas lega, walaupun pada kenyataannya dengan berbagi kita akan kehilangan sesuatu atau apa yang kita miliki berkurang. Berbagi hidup dalam kelimpahan tentu lebih mudah daripada berbagi dalam kekurangan. Untuk bisa berbagi sekalipun diri sendiri berada dalam posisi kekurangan dibutuhkan kesadaran bahwa berbagi sesuatu kepada orang lain tidak akan membuat kita rugi. Sebaliknya, kita justru akan mampu belajar tentang rasa syukur dan sikap murah hati.
Sejak kecil kita diajarkan orangtua pentingnya berbagi dengan saudara dan sesama, dimulai dari berbagi mainan atau makanan. Kita pun belajar bahwa berbagi menimbulkan rasa lebih bahagia. Di lain pihak, rasa bahagia bisa bertambah jika kita membaginya dengan orang terkasih. Dengan berbagi sesuatu dengan seseorang, hubungan kita dengannya pun naik ke level lebih tinggi.
Dengan berbagi bisa membuat kita lebih peduli terhadap orang lain, terutama kepada orang-orang yang membutuhkan, contohnya saja orang-orang miskin yang ada dijalan, ketika kita beri rezeki walaupun sedikit mereka sudah senang, kemudian membuat hidup lebih berwarna dan bermakna, serta dapat mengungkapkan rasa syukur kita akan hidup. Dan ingat orang yang kita bantu akan membalasnya melainkan Tuhanmu yang akan melipatkan gandakan apa yang sudah kamu tabur.
Di samping itu, Tuhan sang pemilik kehidupan pasti akan mencukupkan setiap kebutuhan kita, ketika kita mau berbagi hidup dengan orang lain. Tidak perlu menunggu kaya untuk berbagi, karena tak sedikit orang yang sudah memiliki banyak kekayaan justru sulit untuk berbagi. Oleh karena itu, gaya hidup berbagi perlu senantiasa dipelajari dan diupayakan. Termasuk ketika hidup kita sendiri masih berada di dalam kekurangan. Semangat untuk berbagi hidup dalam kondisi apapun terinspirasi oleh tindakan Allah sendiri yang telah berbagi hidup dengan manusia di dalam Yesus Kristus.
Berbagi hidup perlu kita dijadikan sebagai gaya hidup keseharian kita dari orang percaya kepada Allah. Dengan demikian jangan menunggu kita menjadi kaya baru berbagi dengan sesama disekitar kita, karena banyak orang kaya yang justru tetap sulit untuk berbagi. Kita bisa berbagi dalam kekurangan kita, dari sana kita justru akan belajar tentang makna hidup yang penuh syukur dan bergantung kepada Allah.
Dalam Matius 22:39, Tuhan Yesus mengatakan, “Dan yang kedua, yang sama pentingnya: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. Injil suci menurut Santo Yohanes (6:1-15), tentang Yesus membagi-bagikan roti kepada orang banyak, sebanyak yang mereka kehendari. Yesus iba dan cinta terhadap orang banyak yang berbondong-bondong mengikutinya sampai kelaparan, maka ia memberi makan pada 5000 orang dengan sebuah mukjijat yaitu melipatgandakan 5 buah roti dan 2 potong ikan.
Roti adalah gambaran kebutuhan paling pokok bagi hidup manusia, tanpa makan dan minum manusia tidak dapat bertahan hidup. Umat kristiani mengimani bahwa mukijizat 5 roti dan 2 ikan merupakan simbol dari perjamuan ekaristi yang melambangkan Yesus sebagai roti hidup. Yesus menyebut dirinya sebagai Roti Hidup yang dikontraskan dengan roti manna yang Allah berikan kepada Israel dulu. Manna itu juga memang turun dari Surga, tetapi roti itu tetap membawa kematian bagi Israel.
Allah memberikan Roti yang membawa kehidupan kekal, yaitu Yesus Kristus sendiri. Jadi, kisah ini sebenarnya mau menunjukkan bahwa roti yang diberikan kepada orang banyak itu adalah simbol dari diri-Nya sendiri yang adalah Roti Hidup. Kita diberi penafsiran bahwa kita sebenarnya tidak perlu khawatir akan kemiskinan atau kekurangan kebutuhan jasmani, karena Yesus sangat sanggup membuat mujizat melipatgandakan apa yang kita punya menjadi berkelimpahan.
Disini Yesus mengajarkan kita supaya kita bisa berbagai pada sesama kita membutuhkan pertolongan kita. Ketika kita memberi kita tidak merasa kekurangan karena Tuhan akan memberi lebih banyak lagi. Dan Tuhan Yesus sendiri telah memberi tubuhNya pada kita untuk mendapatkan hidup kekal di surga pada saat dunia kita kiamat. Hal ini merupakan ajaran Yesus tentang indahnya berbagi pada sesama kita menurut versi Kristen Katolik.
Indahnya berbagi, menurut seorang psikolog anak keluarga “Ayank Irma” bahwa, berbagi itu bisa mengaktivasi hormon kebahagiaan yang ada di otak. Jadi kita memberikan sesuatu kepada orang lain secara tulus, hal itu ternyata akan mengaktivasi hormon bahagia yang juga dikenal hormon cinta. “Di otak kita itu ada yang namanya hormon cinta yang memang bisa aktif ketika kita melakukan hal-hal yang penuh dengan kasih sayang dan tulus. Maka, ketika kita berbagi dengan sesama, itu bisa bikin kita jauh lebih happy yang berdampak positif bagi kesehatan mental maupun fisik kita.”
6 manfaat indahnya berbagi dengan sesama versi Islam:
Menurut ajaran Islam bahwa berbagi dengan sesama itu menjadi salah satu jalan untuk mengumpulkan lebih banyak pahala di bulan Ramadhan, dan berdampak positif dalam kehidupan kita.
Berikut ini adalah beberapa dampak positif yang bisa kita dapatkan saat berbagi dengan sesama:
1. Lebih Dihargai Orang lain
Berbagi dengan sesama akan membuat orang menjadi lebih bahagia, termasuk mereka yang menerima pemberian tersebut. Terkadang sesuatu yang sedikit untuk kita, justru cukup berguna bagi orang lain dan mereka akan bersyukur ketika menerimanya. Hal seperti ini tentu akan melengkapkan tujuan dari berbagi itu sendiri. Pemberian yang didasari dengan ketulusan dan keikhlasan akan membawa banyak kebaikan, baik itu untuk yang memberinya maupun yang menerima.
Sikap yang senang berbagi akan membuat seseorang lebih dihargai. Bukan hanya oleh orang yang menerima pemberiannya saja, hal ini juga kerap datang dari lingkungan sekitarnya. Namun pada dasarnya, tujuan dari berbagai tersebut tentu bukan untuk mendapatkan rasa hormat dan yang lainnya, tapi untuk mendapatkan dan memberikan kebaikan bagi orang lain.
2. Menumbuhkan Rasa Syukur
Jika dibandingkan dengan saat menerima, memberikan sesuatu kepada orang lain memang jauh lebih membahagiakan. Tidak selalu harus dalam jumlah yang besar, berbagi dengan sesama bisa dilakukan sesuai dengan kemampuan dan kondisi yang membutuhkan. Artinya, tidak perlu menunggu kaya dulu untuk berbagi dengan orang lain. Menyisihkan sebagian uang atau penghasilan setiap bulannya untuk berbagi merupakan kebiasaan “sehat” yang dapat membuat bahagia. Ini merupakan bentuk rasa syukur atas apa yang dihasilkan, di mana kita dapat melihat dan mensyukuri apa yang dimiliki dalam kehidupan diri sendiri.
3. Mengurangi Rasa Stres
Berbagi dengan sesama juga akan mengurangi rasa stres dan membuat hidup menjadi lebih menyenangkan. Sepintas hal ini mungkin tidak masuk akal, mengingat kita akan memberi sesuatu kepada orang lain. Pada prakteknya, produksi hormon dopamin di dalam otak akan meningkat ketika kita bahagia, termasuk saat bersedekah. Di saat bersamaan, produksi hormon oxytocin akan ditekan, sehingga stres dapat dihindari.
4. Meningkatkan Rasa Kepedulian Sosial
Tak ada orang yang berbagi, jika tidak memiliki kepedulian kepada orang lain. Keinginan untuk berbagi datang karena kita memiliki kepedulian terhadap orang lain dan lingkungan sekitar. Kebiasaan berbagi dengan sesama ini akan membawa banyak dampak positif dalam kehidupan, termasuk meningkatkan rasa kepedulian sosial terhadap orang lain. Tidak harus selalu dalam bentuk atau jumlah yang luar biasa, seringkali bantuan atau hal kecil yang dilakukan justru membawa manfaat besar untuk orang lain. Misalnya: memberi bonus tambahan kepada ART yang anaknya akan segera mulai masuk sekolah, memberi bingkisan lebaran dan lainnya.
5. Menumbuhkan Rasa Persaudaraan
Pemberian kecil kepada orang lain seringkali membuat penerimanya bahagia dan mengingat hal tersebut dengan baik, bahkan meski pemberinya telah melupakannya. Hal ini bahkan akan membuat rasa persaudaraan menjadi lebih erat di antara yang memberi dan menerima, meski pada awalnya tidak begitu akrab. Rasa persaudaraan yang seperti ini akan membuat hubungan menjadi lebih hangat. Bukan tidak mungkin kelak kebaikan kita tersebut akan dibalas kembali oleh yang menerimanya. Meski tidak dalam bentuk yang sama, hubungan yang baik seperti ini akan menciptakan rasa kekeluargaan dan saling tolong menolong kedepannya.
6. Menularkan Kebaikan Kepada Orang Lain
Kebiasaan berbagi juga bisa menjadi hal baik yang ditularkan kepada orang lain. Saat orang lain melihat seseorang melakukan kebaikan, maka mereka akan mengingat hal tersebut sebagai sesuatu yang positif. Di lain kesempatan ketika ada seseorang yang membutuhkan pertolongan, maka mereka tidak akan sungkan untuk menolong dan membantu orang tersebut. Berbagi dengan sesama akan memberi kita kesempatan untuk menularkan kebaikan kepada orang lain.
Berbagi dengan sesama merupakan kebiasaan baik yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang. Bukan hanya mendapatkan pahala saja, saling berbagi sesama ini juga akan memberikan banyak manfaat positif lainnya bagi yang melakukannya. Selalu sisihkan sebagian penghasilan untuk orang yang membutuhkan. Dengan banyaknya manfaat yang didapatkan, artinya berbagi itu tidak merugikan.
Jadi disimpulkan bahwa indahnya berbagi pada sesama kita, baik itu menurut “Versi Kristen Katolik, Versi Psikolog dan Versi Islam”, mengajarkan pada kita supaya berbagai pada sesama kita apa yang kita miliki dan kita punyai, baik itu material, ilmu, iman akan Tuhan, semuanya itu kita lakukan bukan karena kita iba, melainkan kita mencintai sesama kita menurut versi ajaran Kristen Katolik.
Maka apa yang kita miliki di dunia harus dibagi pada sesama kita, karena kita datang ke dunia ini atas pertolongan orang lain, begitu pula nanti kita balik pada Yang Maha Kuasapun atas pertolongan orang lain juga, sehingga ketika kita masih hidup, janganlah pelit, melainkan harus berbagai pada sesama kita, karena berbagi itu indah dan bermanfaat bagi kita si pemberi, dan memuaskan pada si penerima.
By Aldo Jlm
Edisi, 28 Juli 2024