Hari minggu sore matahari mulai tenggelam, ada sekelompok anak–anak belia datang ke rumah bu Lia. Mereka sedang  mencari si Tania yang menghilang sejak tadi pagi. Ibu Lia binggung dengan kehadiran mereka. Mereka rame–rame bertanya kepada bu Lia. Bu Lia adakah bu Lia melihat Tania di sekitar sini? Tanya si Prili. Sambung dengan Prisca kembarnya ia bu Lia Tania menghilang seharian. Tania saudara sepupu kami bu Lia.

Bu Lia menjawab dengan kebingungan, emangnya ada apa dengan Tania. Fania menjawab bigini bu Lia, tadi pagi Tania dipukul sama mamanya, gara–gara bangun terlambat, tidak sempat ke gereja. Kini Tania kabur dari rumah…oh begitu sahut bu Lia. Lalu Suzi menjawab, ya bu tadi menurut ibunya Tania, semalam Tania tidak tidur karena main hp dan chatting sama temannya sampai subuh, makanya bangun telambat.

Bu Lia langsung mengajak mereka masuk dan bercakap–cakap dengan mereka di ruang tamu. Kebetulan hari ini bu Lia ulang tahun, walaupun aku tidak mempersiapkan apa–apa hari ini tapi aku anggap kalian adalah tamu special buat aku hari ini. Secara spontan mereka kaget lalu Vania dan Donia langsung memeluk bu Lia sambil menyanyi lagu Happy birthday, disambung oleh Prili, Prisca, Fania dan sonia. Lalu bu Lia pun mengajak mereka semua untuk makan malam bersama dengan keluarga bu Lia.

Sambil makan bareng si Prili kelihatan gelisah demikian pun Prisca. Perlakuan mereka langsung ditangkap oleh bu Lia. Lalu ibu Lia sengaja membuang kata–kata  secara umum, minta maaf iya adik–adik jika makanan ini  kurang sedap di mulut, soalnya  aku kurang jago soal masak memasak. Lalu Fania menjawab enak kok bu… suasana dalam ruang makan menjadi seru. Prili lekas makan lalu lebih dulu keluar ruang tamu diikuti Prisca lalu bu Lia menemukan sesuatu yang aneh pada si kembar.

Menyusullah bu Lia menemani mereka, sambil merangkul mereka. Bertanyalah bu Lia, Nak sebenarnya apa yang terjadi padamu Prili? Dengan mata berkaca–kaca Prili menjawab sebenarnya hari ini ibu kami berdua juga ulang tahun, lalu ibu Lia menjawab oh iya titip salam happy birthday buat mama iya. Prili dan Prisca saling memandang tak bersuara menetes air mata membanjiri pipi mereka.

Bu Lia tak tahan menahan air mata, secara spontan langsung menghapus air mata Prili lalu bertanya, nak apa yang terjadi? Ceritalah padaku, lalu Prisca menjawab, bu, ayah kami telah pergi mencari nafkah di Ingris selama beberapa bulan. Ibu Lia langsung menjawab oh iya kalau begitu bagus nasib kalian, bisa ikut ke Inggris. Prili menjawab bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi, ayah kami sudah memiliki wanita lain di Inggris, sejak ayah pergi hingga saat ini tidak pernah kirim uang kepada mama dan kami semua, seringkali mama menanggis di kamar tapi tidak jujur kepada kami soal status ayah kami. Setelah semua cerita berlalu di sesaat.

Kemudian suasana dalam rumah seru kembali setelah habis makan malam, mereka semua berkumpul dengan teman–teman yang lain. Termasuk anak–anaknya bu Lia. Tak lama kemudian anak–anak tersebut berpamitan untuk pulang ke rumah masing–masing. Prili dan Prisca pun tak segan-segan bercerita kepada bu Lia tentang perasaan mereka, di hari–hari berikutnya bahwa mereka merasa tertekan di sekolah karena pak guru mereka sering meminta dokumen berupa surat permandian mereka. Mereka belum bisa memiliki surat permandian karena belum resmi menerima sakrament baptis di Gereja. Apalagi kedua orang tua merekapun belum menerima sakrament pernikahan. Prili dan Prisca sering menanggis dan meratapi nasib mereka di kamar.  Ketika mereka mengikuti katekese di gereja bersama  teman-teman tapi sering gagal untuk ikut test untuk menerima komuni  pertama, karena belum memenuhi kriteria di gereja katolik Roma.

Prili dan Prisca sering mengeluh kepada bu Lia, bahwa bagaimana  nasib kami berdua dimasa depan dan kapan penderitaan kami berakhir? Kami kelas 6 SD, kami merasa malu terhadap teman–teman yang lain. Setiap hari minggu kami tidak ke gereja karena malu sama teman–teman, soalnya kami belum dibaptis. Kami sangat rindu menerima tubuh Kristus, seperti teman–teman kami yang lain.  Mulai saat itu bu Lia mencari solusi buat Prili dan Prisca. Akhirnya mereka mendapat kesempatan menerima sakrament baptis dan sakrament komuni pertama.

Cerita Bersambung……

(Visited 16 times, 1 visits today)
Avatar photo

By Elvira P. Ximenes

Elemen KPKers Dili TL, telah menyumbangkan puluhan tulisan berupa, artikel, cerpen, dan puisi ke BN, dengan motonya, "Mengukir makna dalam setiap kalimat, menghidupkan dunia dalam setiap paragraf", pingin jadi penulis mengikuti jejak para penulis senior lainnya di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.