PRAKTIK BAIK PEMBELAJARAN oleh IDRUS di SMKN 3 SOPPENG
PENDAHULUAN
Manusia di abad ke-21 menghadapi kebutuhan untuk menguasai berbagai keterampilan agar dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perkembangan teknologi, arus informasi yang terus berubah, sertakompleksitas permasalahan yang muncul di kehidupan sehari-hari. Dalam konteks ini, siswa tidak hanya dituntut untuk memiliki pemahaman yang baik terhadap materi pelajaran, tetapi juga kemampuan untuk menyaring informasi, berpikir kritis, sertamemecahkan masalahsecara mandiri. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, diperlukan penguasaan tiga kemampuan utama, yaitu literasi, kognisi, dan metakognisi.
Kemampuan literasi, terutama literasi digital, menjadi salah satu keterampilan utama yang harus dimiliki siswa di era modern. Literasi kini tidak lagi terbatas pada kemampuan dasar membaca dan menulis, melainkan mencakup pemahaman yang lebih mendalam terhadap berbagai format informasi, baik yang berbentuk teks, visual, maupun multimedia. Keterampilan menulis juga menjadi bagian dari literasi yang esensial, di mana siswa harus mampu mengekspresikan ide dan argumen secara jelas, baik dalam format tradisional maupun digital. Literasi digital mengajarkan mereka untuk berkomunikasi secara efektif di ruang digital, memahami etika dalam interaksi online, serta menciptakan konten yang bermanfaat dan bertanggung jawab.
Di samping itu, kemampuan kognitif dan metakognitif yang kuat jugasangat diperlukan untuk membantu siswa dalam proses belajar. Kognisi berperan penting dalam membangun pemahaman dan pengetahuan yang lebih mendalam. Metakognisi merujuk pada kesadaran akan proses berpikir yang dilakukan serta kemampuan untuk mengendalikan dan mengevaluasi strategi pembelajaran. Dengan kognisi dan metakognisi yang baik, siswa mampu mengembangkan pemikiran kritis dan analitis sekaligus mampu merencanakan, memantau, serta mengevaluasi efektivitas cara belajar mereka sendiri. Hal ini sangat penting karena mereka dapat mengidentifikasi kesulitan yang dihadapi, menentukan strategi belajar yang lebih efektif, serta menyesuaikan pendekatan pembelajaran berdasarkan kebutuhan individu mendukung siswa untuk menjadi pembelajar yang reflektif dan mandiri.
Oleh karena itu, pemahaman literasi, penguatan kognisi, sertapenerapan metakognisi harus menjadi prioritas utama dalam pembelajaran di era modern. Integrasi dari ketiga kemampuan ini akan memberikan bekal bagi siswa untuk menjadi pembelajar yang adaptif, mandiri, sertamampumenghadapitantangan dan perubahan yang cepat di dunia yang semakin digital dan terhubung.
SITUASI
Pada era globalisasi dan digitalisasi saat ini, kemampuan literasi, kognisi, sertametakognisi siswa menjadi sangat krusial untuk dikembangkan guna mempersiapkan mereka menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang belum memiliki keterampilan tersebut secara optimal. Berdasarkan hasil raport mutu sekolah SMKN 3 Soppeng pada tahun 2024, diketahui bahwa kemampuan literasi membaca siswa berada pada kategori sedang, dengan 64,44% siswa telah mencapai kompetensi minimum. Artinya, sekitar 40% hingga 70% siswa sudah mampu mencapai standar kompetensi minimum literasi membaca. Namun,capaian ini masih menunjukkan adanya 35,56% siswa yang belum mencapai kompetensi minimum, yang berarti perlu adanya upaya lebih lanjut untuk mendorong lebih banyak siswa agar mampu mencapai dan melampaui standar tersebut.
Hasil raport ini mencerminkan bahwa masih terdapat kesenjangan yang signifikan dalam kemampuan literasi di kalangan siswa. Beberapa hasil evaluasi dan pengamatan di kelas mengindikasikan bahwa banyak siswa mengalami kesulitan dalam memahami bacaan, mengolah informasi, serta menyusun argumen secara logis dan sistematis. Rendahnya kemampuan literasi ini terlihat dari terbatasnya daya kritis siswa dalam menganalisis teks, kurangnya minat membaca, serta kesulitan dalam menulis ide secara terstruktur. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah strategis untuk memperbaiki capaian ini, termasuk melalui penguatan proses pembelajaran dan asesmen.
Selain literasi, pentingnya pengembangan kognisi dan metakognisi tidak dapatdiabaikan. Sebuah studi dari OECD (2019) menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan kognitif yang baik mampu menghubungkan berbagai konsep, menerapkan pengetahuan dalam situasi nyata, dan memiliki pemahaman yang lebih mendalam. Sementara itu, metakognisi, yang melibatkan kesadarandan kontrol terhadap proses belajar, berperan penting dalam membantu siswa mengembangkan strategi belajar yang efektif.
Di SMKN 3 Soppeng, data capaian karakter siswa tahun 2024 hanya sebesar 50,84%. Capaian ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh siswa belum sepenuhnya mampu menerapkan nilai-nilai karakter dalam kegiatan belajar mereka, seperti disiplin, tanggung jawab, dan kejujuran dalam mengevaluasi diri, yang seharusnya didorong melalui penerapan strategi kognitif dan metakognitif yang baik. Minimnya penerapan strategi metakognitif di dalam proses pembelajaran membuat siswa kurang memiliki kesadaran akan proses belajar mereka sendiri. Mereka cenderung tidak mengetahui cara merencanakan, memantau,dan mengevaluasi proses belajar yang sedang dilakukan, sehingga strategi belajar yang digunakan kurang efektif dan berdampak pada hasil belajar yang tidak optimal. Dalam situasi ini, siswa lebih bergantung pada arahan guru dan jarang menunjukkan inisiatif untuk mengembangkan pemahaman atau mencari solusi dari kesulitan belajar yang dihadapi.
Untuk mengatasi permasalahan ini, penggunaan portofolio digital dapat menjadi salah satu solusi efektif untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa. Portofolio digital memungkinkan siswa untuk mengumpulkan, menyimpan, dan merefleksikan karya-karya mereka dalam format yang mudah diakses. Dengan cara ini, siswa tidak hanya dapat menunjukkan perkembangan literasi mereka, tetapi juga melatih kemampuan untuk menilai dan merefleksikan proses belajar mereka secara mandiri.
Sementara itu, untuk meningkatkan kognisi dan metakognisi, penerapan peer assessment dapat diterapkan sebagai metode asesmen yang melibatkan siswa dalam proses penilaian satu sama lain. Dengan melakukan penilaian terhadap karya teman sebaya, siswa diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analitis. Selain itu, peer assessment mendorong siswa untuk lebih sadar akan proses belajar mereka sendiri, karena mereka harus mengevaluasi strategi dan pemahaman yang digunakan oleh teman mereka.
Penggunaan asesmen yang terarah dan variatif ini dapat memfasilitasi perkembangan literasi, kognisi, dan metakognisi siswa secara terpadu. Dengan asesmen yang dirancang secara baik, siswa tidak hanya dilatih untuk mencapai hasil belajar yang optimal, tetapi juga dilatih untuk menjadi pembelajar yang mandiri, reflektif, serta mampu berpikir kritis dan strategis.
TANTANGAN
Implementasi portofolio digital dan peer assessment dalam pembelajaran menawarkan berbagai manfaat, tetapi juga menghadapi sejumlah tantangan. Salah satu tantangan utama dalam penggunaan portofolio digital adalah ketersediaan teknologi. Banyak siswa mungkin tidak memiliki akses yang memadai ke perangkat seperti komputer atau smartphone, serta koneksi internet yang stabil, yang dapat menghambat kemampuan mereka untuk memanfaatkan portofolio digital secara maksimal. Selain itu, keterampilan digital siswa menjadi faktor penting; tanpa kemampuan yang cukup dalam menggunakan alat digital, siswa akan kesulitan dalam membuat, mengelola, dan memperbarui portofolio mereka.
Sementara itu, peer assessment menghadapi tantangan tersendiri, terutama terkait kualitas penilaian. Siswa mungkin tidak memiliki pengetahuan atau keterampilan yang cukup untuk memberikan umpan balik yang konstruktif dan akurat terhadap teman mereka, yang bisa mempengaruhi efektivitas proses ini. Dinamika sosial di kelas juga berpotensi menimbulkan konflik atau perasaan negatif, khususnya jika ada ketidak puasan terhadap penilaian teman sebaya yang dianggap tidak adil. Keterlibatan siswa dalam proses ini juga penting, karena tidak semua siswa mungkin menunjukkan perhatian yang cukup terhadap penilaian yang mereka berikan. Terakhir, penyelarasan kriteria penilaian menjadi tantangan lain, di mana memastikan bahwa semua siswa memahami dan menerapkan kriteria yang sama bisa menjadi sulit, terutama dalam kelas yang heterogen.
Dalam proses implementasi ini, beberapa unsur yang terlibat antara lain: siswa, sebagai pelaksana portofolio digital serta peer assessment; guru yang berperan sebagai fasilitator, pengarah, dan penilai; teknologi, yang mencakup perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk menyusun portofolio digital; dan prosedur penilaian yang jelas. Dengan demikian, meskipun portofolio digital dan peer assessment memiliki potensi untuk meningkatkan keterampilan siswa, tantangan-tantangan tersebut harus diatasi melalui pelatihan, penyediaan sumber daya yangmemadai, dan penciptaan lingkungan belajar yangmendukung.
AKSI
Strategi yang digunakan mencakup pemanfaatan portofolio digital dan peer assessment, di mana guru berperan sebagai fasilitator, siswa sebagai pelaksana peer assessment, serta memanfaatkan jaringan internet untuk mendukung pembuatan portofolio digital. Adapun tahapan kegiatan yang dilakukan dalam proses asesmen adalah sebagai berikut:
Pendahuluan:
Mengenalkan konsep budaya mutu dan pelayanan pelanggan. Diskusikan pentingnya kedua hal ini dalam konteks industri Teknik Komputer dan Telekomunikasi, serta berikan contoh nyata dari perusahaan yang menerapkan budaya mutu yang baik.
Kegiatan Inti Portofolio Digital Unik:
Bagi siswa ke dalam kelompok kecil agar mereka dapat berkolaborasi secara efektif. Menyampaiakn kepada siswa bahwa mereka akan melakukan pembelajaran yang melibatkan pencarian informasi, kolaborasi dalam kelompok, dan presentasi kolaborasi.
Setiap anggota kelompok diminta untuk mencari tahu tentang budaya mutu dan pelayanan pelanggan dalam konteks industri Teknik Komputer dan Telekomunikasi sesuai dengan materi pelajaran. Siswa dapat menggunakan buku, artikel, video, atau sumber online untuk mengumpulkan informasi.
Setiap kelompok harus mencatat temuan tiap anggotanya dan mulai menentukan budaya kerja yang mereka sepakati bersama. Minta mereka untuk merumuskan poin-poin kunci yang akan dijadikan sebagai dasar dalam presentasi.
Siswa diajarkan cara membuat untuk presentasi dengan menggunakan aplikasi Canva untuk membuat presentasi yang menarik dan cara mengundang kolaborator dalam penyusunan presentasi nantinya.
Setiap kelompok menyajikan presentasi hasil kerja mereka di depan kelas menggunakan perangkat yang terhubung ke proyektor atau layar untuk menunjukkan presentasi mereka. Setelah itu, kelompok lain diminta umpan balik positif dari siswa lainnya.
Siswa diajarkan cara membuat portofolio digital dengan menggunakan google sites. Kemudian memasukkan hasil literasi tiap siswa ke dalam portofolio tersebut. Selain itu, hasil kerja kelompok serta refleksi juga di masukkan ke tiap portofolio siswa.
Pelaksanaan Peer Asesment:
Guru menyusun prosedur Costumer Service meliputi tara cara Menerima, Melayani, Menganalisis Kerusakan dan Penyampaian ke Customer, Menghubungi Ulang Customer hingga Pengambilan Unit.
Siswa diminta untuk membaca, memahami prosedur dan menterjemahkan prosedur tersebut ke dalam kegiatan Costumer Service nantinya
Siswa dijelaskan tentang Roleplay yang akan dijalankan, bahwa aka nada yang menjalankan peran sebagai pelanggan, Costumer Service dan asesor.
Pelanggan akan diberikan masalah tertentu dan costumer service memberikan solusi sedangkan siswa lainnya berperan sebagai asesor yang akan menilai apakah siswa sudah menjalankan perannya sebagai Costumer Service berdasarkan prosedur yang diberikan.
Asesor menilai setiap aspek dari prosedur customer service dinilai dengan sistem 0 dan 1. Diberikan skor 1 untuk tiap prosedur diterapkan dan 0 jika tidak.
Setelah roleplay setiap siswa memberikan umpan balik tentang role play teman sekelas mereka menggunakan kriteria yang telah disepakati sebelumnya.
Diskusikan bersama umpan balik yang diberikan dan berikan kesempatan untuk memperbaiki jika diperlukan.
Refleksi dan Penutupan:
Akhiri pembelajaran dengan sesi refleksi di mana siswa dapat berbagi pengalaman mereka, tantangan yang dihadapi, dan pelajaran yang dipetik selama proses pembelajaran.
REFLEKSI
Implementasi portofolio digital dan peer assessment terbukti efektif dalam meningkatkan literasi, kognisi, dan metakognisi siswa. Portofolio digital memberi ruang bagisiswa untuk mengekspresikan ide secara kreatif, sedangkan peer assessment melatih kemampuan analitis melalui evaluasi hasil karya teman sebaya. Selain itu, refleksi dari umpan balik juga membantu siswa mengembangkan kesadaran belajar dan strategi perbaikan yang lebih baik.
Hasil ini mendapatkan respon positif dari guru lain yang melihat bahwa strategi ini mampu menciptakan suasana belajar yang lebih kolaboratif dan interaktif. Meskipun begitu, beberapa tantangan yang dihadapi antara lain keterbatasan akses teknologi, variasi kualitas umpan balik, dan kebutuhan waktu lebih panjang. Dengan bimbingan yang tepat, strategiinimenunjukkanpotensi besar dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
PENUTUP
Implementasi portofolio digital unik dan peer assessment ini menunjukkan hasil yang positif dalam meningkatkan kemampuan literasi, kognisi, dan metakognisi siswa. Meskipun masih terdapat beberapa tantangan, penerapan asesmeninidapatmenjadilangkahawal untuk menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna dan interaktif. Diharapkan, ke depannya asesmen ini dapat terus dikembangkan dan disesuaikan agar dapat memberikan dampak yang lebih luas serta menjadi inspirasi bagi praktik pembelajaran inovatif lainnya. Terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dan mendukung keberhasilan kegiatan ini.