“Konflik adalah proses yang berkelanjutan, bukan kejadian tunggal.”
– Herbert Marcuse, “One-Dimensional Man” (1964)
A.Tentang Herbert Marcuse
Herbert Marcuse (1898-1979) adalah seorang filsuf dan teoris sosial Jerman-Amerika yang terkenal dengan karyanya tentang teori kritis, psikologi, dan filsafat politik. Berikut adalah beberapa fakta tentang Herbert Marcuse:
1).Data Diri
- Marcuse lahir di Berlin, Jerman pada tanggal 19 Juli 1898.
- Ia berasal dari keluarga Yahudi yang berpendidikan tinggi.
- Marcuse belajar filsafat di Universitas Berlin dan Universitas Freiburg.
2). Karir Akademik
- Marcuse menjadi asisten profesor di Universitas Freiburg pada tahun 1928.
- Ia bergabung dengan Institut für Sozialforschung (Institut Penelitian Sosial) di Frankfurt pada tahun 1933.
- Marcuse pindah ke Amerika Serikat pada tahun 1934 dan menjadi warga negara AS pada tahun 1940.
- Ia mengajar di beberapa universitas di AS, termasuk Universitas Harvard, Universitas California, dan Universitas Brandeis.
3).Karya Utama
- “Eros and Civilization” (1955) – karya ini menjelaskan bagaimana sistem sosial dan politik dapat mempertahankan kekuasaan dan mengontrol individu dan masyarakat.
- “One-Dimensional Man” (1964) – karya ini menjelaskan bagaimana individu menjadi pasif dan tidak kritis dalam menghadapi sistem sosial dan politik yang represif.
- “An Essay on Liberation” (1969) – karya ini menjelaskan bagaimana individu dan masyarakat dapat menolak sistem sosial dan politik yang represif dan menciptakan alternatif yang lebih adil dan bebas.
4).Pengaruh dan Warisan
- Marcuse memiliki pengaruh besar pada gerakan mahasiswa dan aktivis sosial pada tahun 1960-an.
- Ia dianggap sebagai salah satu tokoh utama dalam teori kritis dan filsafat politik.
- Karyanya telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa dan telah mempengaruhi banyak penulis dan pemikir sosial.
5). Meninggal
- Marcuse meninggal pada tanggal 29 Juli 1979 di Starnberg, Jerman Barat.
- Ia berusia 81 tahun pada saat kematiannya.
B. Pemikiran Herbert Marcuse Teori Konflik (Kritis)
Herbert Marcuse (1898-1979) adalah seorang filsuf dan teoris sosial Jerman-Amerika yang terkenal dengan teori konflik kritisnya. Berikut adalah ringkasan teori konflik kritis Marcuse:
- Konsep Utama
- Konflik antara Individu dan Masyarakat: Marcuse percaya bahwa konflik antara individu dan masyarakat adalah hasil dari ketidaksetaraan dan penindasan yang dilakukan oleh sistem sosial dan politik.
- Peran Ideologi: Marcuse menganggap ideologi sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan dan mengontrol individu dan masyarakat.
- Konsep “One-Dimensional Man”: Marcuse mengembangkan konsep “One-Dimensional Man” untuk menjelaskan bagaimana individu menjadi pasif dan tidak kritis dalam menghadapi sistem sosial dan politik yang represif.
- Teori Konflik Kritis
- Konflik sebagai Proses: Marcuse melihat konflik sebagai proses yang berkelanjutan, bukan sebagai kejadian tunggal.
- Peran Kekuasaan: Marcuse percaya bahwa kekuasaan memainkan peran penting dalam konflik, karena kekuasaan dapat digunakan untuk mempertahankan atau mengubah sistem sosial dan politik.
- Konsep “Great Refusal”: Marcuse mengembangkan konsep “Great Refusal” untuk menjelaskan bagaimana individu dan masyarakat dapat menolak sistem sosial dan politik yang represif dan menciptakan alternatif yang lebih adil dan bebas.
- Implikasi
- Perjuangan untuk Kebebasan: Marcuse percaya bahwa perjuangan untuk kebebasan adalah tujuan utama dari konflik kritis.
- Peran Intelektual: Marcuse menganggap intelektual sebagai aktor penting dalam konflik kritis, karena mereka dapat mempengaruhi opini publik dan membentuk ideologi.
- Pentingnya Kritik Sosial: Marcuse percaya bahwa kritik sosial adalah penting untuk mengidentifikasi dan mengatasi ketidaksetaraan dan penindasan dalam masyarakat.
- Karya Utama
- “Eros and Civilization” (1955): Karya ini menjelaskan bagaimana sistem sosial dan politik dapat mempertahankan kekuasaan dan mengontrol individu dan masyarakat.
- “One-Dimensional Man” (1964): Karya ini menjelaskan bagaimana individu menjadi pasif dan tidak kritis dalam menghadapi sistem sosial dan politik yang represif.
- “An Essay on Liberation” (1969): Karya ini menjelaskan bagaimana individu dan masyarakat dapat menolak sistem sosial dan politik yang represif dan menciptakan alternatif yang lebih adil dan bebas.
C.Perbedaan Teori Konflik Herbert Marcuse dengan Antonio Gramsci
Berikut adalah beberapa titik perbedaan antara Antonio Gramsci dan Herbert Marcuse:
- Perbedaan Utama
- Fokus: Gramsci fokus pada konflik kelas dan perjuangan politik, sedangkan Marcuse fokus pada kritik budaya dan psikologi.
- Teori: Gramsci mengembangkan teori hegemoni, sedangkan Marcuse mengembangkan teori kritik budaya dan psikologi.
- Metode: Gramsci menggunakan metode analisis kelas dan konflik, sedangkan Marcuse menggunakan metode analisis psikologi dan budaya.
- Perbedaan dalam Konsep
- Hegemoni: Gramsci mengembangkan konsep hegemoni sebagai cara kelas dominan mempertahankan kekuasaan, sedangkan Marcuse tidak menggunakan konsep ini secara eksplisit.
- Kritik Budaya: Marcuse mengembangkan kritik budaya sebagai cara untuk menganalisis bagaimana budaya dapat digunakan untuk mempertahankan kekuasaan, sedangkan Gramsci tidak fokus pada kritik budaya.
- Psikologi: Marcuse menggunakan psikologi untuk menganalisis bagaimana individu dapat menjadi korban penindasan, sedangkan Gramsci tidak menggunakan psikologi secara eksplisit.
- Perbedaan dalam Tujuan
- Perjuangan Kelas: Gramsci tujuannya adalah untuk memperjuangkan kelas pekerja dan mengubah sistem kapitalis, sedangkan Marcuse tujuannya adalah untuk mengkritik budaya dan psikologi yang mempertahankan kekuasaan.
- Pembebasan: Marcuse tujuannya adalah untuk membebaskan individu dari penindasan dan memungkinkan mereka untuk menjadi diri sendiri, sedangkan Gramsci tujuannya adalah untuk memperjuangkan kelas pekerja dan mengubah sistem kapitalis.
Dengan demikian, meskipun keduanya adalah teoris kritis, Gramsci dan Marcuse memiliki perbedaan yang signifikan dalam fokus, teori, metode, konsep, dan tujuan.
“Kritik budaya dan psikologi adalah penting untuk mengidentifikasi dan mengatasi ketidaksetaraan dan penindasan dalam masyarakat.”
– Herbert Marcuse, “One-Dimensional Man” (1964)
D.Kesimpulan
Berikut adalah kesimpulan teori konflik Herbert Marcuse:
- Konsep Utama
- Kritik Budaya: Marcuse mengkritik budaya yang mempertahankan kekuasaan dan penindasan.
- Psikologi: Marcuse menggunakan psikologi untuk menganalisis bagaimana individu dapat menjadi korban penindasan.
- Pembebasan: Marcuse tujuannya adalah untuk membebaskan individu dari penindasan dan memungkinkan mereka menjadi diri sendiri.
- Teori Konflik
- Konflik sebagai Proses: Marcuse melihat konflik sebagai proses yang berkelanjutan, bukan sebagai kejadian tunggal.
- Peran Kekuasaan: Marcuse percaya bahwa kekuasaan memainkan peran penting dalam konflik, karena kekuasaan dapat digunakan untuk mempertahankan atau mengubah sistem sosial dan politik.
- Konsep “One-Dimensional Man”: Marcuse mengembangkan konsep “One-Dimensional Man” untuk menjelaskan bagaimana individu menjadi pasif dan tidak kritis dalam menghadapi sistem sosial dan politik yang represif.
- Implikasi
- Perjuangan untuk Kebebasan: Marcuse percaya bahwa perjuangan untuk kebebasan adalah tujuan utama dari konflik.
- Peran Intelektual: Marcuse menganggap intelektual sebagai aktor penting dalam konflik, karena mereka dapat mempengaruhi opini publik dan membentuk ideologi.
- Pentingnya Kritik Sosial: Marcuse percaya bahwa kritik sosial adalah penting
[24/1 4.35 PM] Meta AI: Berikut adalah kesimpulan teori konflik Herbert Marcuse:
- Konsep Utama
- Kritik Budaya: Marcuse mengkritik budaya yang mempertahankan kekuasaan dan penindasan.
- Psikologi: Marcuse menggunakan psikologi untuk menganalisis bagaimana individu dapat menjadi korban penindasan.
- Pembebasan: Marcuse tujuannya adalah untuk membebaskan individu dari penindasan dan memungkinkan mereka menjadi diri sendiri.
- Teori Konflik
- Konflik sebagai Proses: Marcuse melihat konflik sebagai proses yang berkelanjutan, bukan sebagai kejadian tunggal.
- Peran Kekuasaan: Marcuse percaya bahwa kekuasaan memainkan peran penting dalam konflik, karena kekuasaan dapat digunakan untuk mempertahankan atau mengubah sistem sosial dan politik.
- Konsep “One-Dimensional Man”: Marcuse mengembangkan konsep “One-Dimensional Man” untuk menjelaskan bagaimana individu menjadi pasif dan tidak kritis dalam menghadapi sistem sosial dan politik yang represif.
- Implikasi
- Perjuangan untuk Kebebasan: Marcuse percaya bahwa perjuangan untuk kebebasan adalah tujuan utama dari konflik.
- Peran Intelektual: Marcuse menganggap intelektual sebagai aktor penting dalam konflik, karena mereka dapat mempengaruhi opini publik dan membentuk ideologi.
- Pentingnya Kritik Sosial: Marcuse percaya bahwa kritik sosial adalah penting untuk mengidentifikasi dan mengatasi ketidaksetaraan dan penindasan dalam masyarakat.
Dengan demikian, teori konflik Marcuse menekankan pentingnya kritik budaya, psikologi, dan pembebasan dalam mengatasi konflik dan mencapai kebebasan.
“Kekuasaan tidak hanya berarti kekuatan fisik, tetapi juga kekuatan ideologi.”
– Herbert Marcuse, “Eros and Civilization” (1955)
E.Referensi Rujukan
Berikut beberapa referensi rujukan untuk teori konflik Herbert Marcuse:
Buku
- Marcuse, H. (1955). “Eros and Civilization”. New York: Vintage Books.
- Marcuse, H. (1964). “One-Dimensional Man”. Boston: Beacon Press.
- Marcuse, H. (1969). “An Essay on Liberation”. Boston: Beacon Press.
- Marcuse, H. (1972). “Counterrevolution and Revolt”. Boston: Beacon Press.
Jurnal
- “New Left Review”
- “Telos”
- “The Sociological Review”
- “Theory, Culture & Society”
Situs Web
- “The Herbert Marcuse Archive” ((link unavailable))
- “The Frankfurt School” ((link unavailable))
- “The New Left Review” ((link unavailable))
- [24/1 4.35 PM] Meta AI
Tokoh
- Theodor Adorno
- Max Horkheimer
- Erich Fromm
- Jürgen Habermas
Karya yang Terpengaruh oleh Marcuse
- “The Society of the Spectacle” oleh Guy Debord
- “The Death of the Author” oleh Roland Barthes
- “The Postmodern Condition” oleh Jean-François Lyotard
- “The Sublime Object of Ideology” oleh Slavoj Žižek
Demikian secara ringkas pembahasan teori Konflik Herbert Marcus (Kritis) semoga bermanfaat dan menjadi bagian dari merawat ingatan sosiologi.
Merawat Ingatan adalah sebuah teraphy bagi penulis untuk mereplay kembali teori-teori Sosiologi sejak kuliah S2 di Sosiologi Unhas, dan S3 Sosiologi UNM, saya sangat konsen dan suka materi2 Sosiologi klasik dan modern, hingga 2013 penulis terkena stroke ringan serasa semua ingatan itu ingin ku ulang dengan menuliskan nya kembali, sebagaimana Filsuf Friedrich Nietzsche menyebut Ingatan sebagai sumber kekuatan dan kelemahan.mari merawat ingatan kita agar memory kita sehat.
Makassar, 24 Januari 2025.
Diberdayakan untuk ilmu pengetahuan:
Dr.Sudirman, S. Pd., M. Si.
[Dosen Sosiologi]

Baca sedikit tapi ambil setiap kata yang saya baca