Oleh : Rima Septiani, S.Pd.

Dunia sedang dikejutkan  dengan sebuah aksi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Koalisi global yang terdiri atas serikat pekerja, gerakan solidaritas dan lembaga hak asasi manusia dari lebih dari 80 negara mengumumkan peluncuran inisiatif  Global March to Gaza (pawai global ke Gaza). Aksi ini bertujuan untuk menembus blockade  dan masuk ke wilayah Gaza  dengan berjalan  kaki sebagai bentuk respons  langsung terhadap  krisis kemanusiaan yang semakin  memburuk sejak  pengepungan Zionis dimulai pada Oktober 2023.

Peserta aksi berencana untuk melintasi Tunisia, Libya dan Mesir sebelum  mencapai Rafah, perbatasan dengan Mesir yang sebagian besar tetap ditutup  sejak militer  Zionis  menguasai sisi Gaza pada bulan  Mei  2024. (gazamedia.net)

Global March adalah gerakan global yang bertujuan untuk mengakhiri eksploitasi dan pelecehan terhadap anak-anak, serta untuk menuntut hak-hak mereka. Gerakan ini juga dikenal sebagai Global March Against Child Labour dan telah aktif selama 20 tahun dalam memperjuangkan hak-hak anak. Selain itu, ada gerakan lain bernama Global March to Gaza yang merupakan gerakan solidaritas internasional untuk warga Palestina yang menuntut diakhirinya blokade dan agresi militer di jalur Gaza. 

Munculnya gerakan Global March To Gaza (GMTA) menujukkan kemarahan umat yang sangat besar. Hal itu menandakan bahwa tidak bisa berharap kepada lembaga-lembaga internasional dan para penguasa hari ini.

Adara Relief International menjadi salah satu Lembaga Kemanusian Indonesia yang turut  ambil bagian dalam Global March to Gaza, sebuah gerakan solidaritas global yang menyerukan penghentian genosida di Gaza dan pembebasan Palestina, rombongan bertolak ke Mesir  pada Rabu (11/06) untuk mengikuti Long March dari Kairo menuju Rafah.

Maryam menegaskan bahwa keikutsertaan Adara dalam Global March to Gaza menjadi bagian dari komitmen Adara untuk terus memperjuangkan nasib anak-anak dan perempuan Palestina yang terjajah, melalui turun aksi bersama para aktivis  kemanusiaan lain dari seluruh dunia. Meskipun belum  berhasil menembus gerbang perbatasan Rafah, namun aksi ini menjadi bagian penting dalam upaya membuka  blockade dan menghentikan genosida di Gaza.

Tertahannya mereka di pintu Rafah justru makin menunjukkan bahwa gerakan kemanusiaan apapun tidak akan pernah bisa menyolusi masalah Gaza karena ada pintu penghalang terbesar yang berhasil dibangun penjajah di negeri-negeri kaum Muslimin, yakni nasionalisme dan konsep negara bangsa.

Paham ini telah memupus hati nurani para penguasa Muslim dan tentara mereka, hingga rela membiarkan saudaranya dibantai di hadapan mata bahkan ikut menjaga kepentingan pembantai hanya demi meraih keridaan negara adidaya yang menjadi tumpuan kekuasaan mereka yakni Amerika.

Para penguasa Muslim saat ini telah diaborsi rasa kemanusiannya untuk membela Palestina. Hanya karena batas-batas negara atau Nation State suara sumbang pun terdengar “ Tidak perlu mengurusi rumah tetangga, mari urusi rumah kita dulu”. Pernyataan provokatif inilah yang membuat kita tak peduli akan problematika umat di luar sana.

Solusi yang justru ditawarkan Two State Solution. Kita sebagai umat Islam menentang  resolusi dua negara. Persoalan Palestina pada dasarnya adalah persoalan kebenaran, keadilan dan kemerdekaan. Maka oleh karena itu , ia menjadi persoalan kaum Muslimin seluruhnya. Kita sedang memerangi kezaliman dan penjajahan menentang sekuat-kuatnya pembagian wilayah Palestina.

Tapi inilah realita yang kita hadapi, sejak Khilafah Islam runtuh kaum Muslim sekarang kini terpecah belah dan tak memiliki perisai yang melindunginya. Bak anak ayam kehilangan induknya,  kaum Muslimin sekarang mengalami kesengsaraan dan kerusakan akibat dominasi kapitalisme. 

Semua yang terjadi mestinya menyadarkan umat Islam semuanya mengenai apa yang sedang terjadi pada kaum Muslimin. Kerusakan ideologi kapitalisme dalam menata dunia sudah seharusnya diganti dengan sistem Islam. Berpegang teguh pada Risalah Islam adalah keniscayaan untuk mendapatkan hidup yang diridhoi sang pencipta.

Hadirnya Khilafah akan membebaskan negeri-negeri Muslim lainnya yang tertindas dan menyatukan negeri-negeri Islam yang terpecah. Hadirnya Khilafah akan menghilangkan hegemoni kuffar yang menjajah tanah Palestina, dan melindungi kehormatan kaum Muslimah di seluruh dunia di bawah kalimat tauhid dan pemerintahan Islam.

Umat Islam harus paham betapa bahayanya paham nasionalisme dan konsep negara bangsa, dilihat dari sisi pemikiran maupun sejarahnya. Keduanya justru digunakan musuh-musuh Islam untuk meruntuhkan Khilafah dan melanggengkan penjajahan di negeri-negeri Islam.

Sebab seluruh umat muslim  itu bersaudara, kita bagaikan satu tubuh, yang jika satu bagian  tubuh tersakiti, maka bagian tubuh lainpun  akan merasakan sakit. Tidakah kau merasakan sakit yang sama  saat melihat saudara-saudarimu dibantai habis-habisan di Gaza.

Mari terus ingatkan diri, bahwa perjuangan yang kita lakukan adalah pembebasan Al-Aqsha dan kemerdekaan seluruh umat Muslim yang saat ini masih terdzolimi. []

(Visited 14 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.