Oleh: Yusriani Nuruse

Kakek Pammu dengan sabar menunggu pembeli agar pakaian bekas jualannya bisa terjual. Meskipun sudah berusia lanjut, beliau tidak patah semangat untuk terus berjuang dan berusaha agar bisa memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Saat ini Pak Pammu hanya hidup seorang diri. Istrinya tercinta telah lama kembali menghadap Ilahi Rabbi.
Karena tidak ada pemasukan yang lain, Pak Pammu yang sudah berusia 72 tahun harus kuat memikul karung yang berisi pakaian bekas dari rumahnya ke pasar untuk dijual. Demi mencari nafkah untuk makan sehari-hari, pak Pammu terpaksa memikul barang dagangannya karena tidak sanggup membayar sewa gerobak dorong.

Pekerjaannya sebagai penjual pakaian bekas hanya memiliki pendapatan yang jauh dari kata cukup. Kadang yang didapat hanya Rp10.000; sd Rp 20.000; perharinya. Jika sedang ramai, Ia bisa mendapatkan Rp 30.000 dan itu sangat jarang didapatkannya, bahkan kadang tidak ada sama sekali.

Tentu pendapatannya tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari, apalagi di masa pandemi ini. Seringkali Pak Pammu makan tanpa lauk jika tidak ada pendapatan sepeser pun. Ketika berjualan, Pak Pammu hanya bisa duduk dengan sabar menunggu pembeli, karena barang jualannya rata-rata sudah lusuh jadi kurang peminatnya. Namun, ia tak pernah patah semangat. Meski seperti ini, ia tetap bersyukur atas kesempatan yang Allah berikan kepadanya.

Orang baik, Syariat Islam telah mengajarkan kebiasaan mulia untuk bersedekah sebagai wujud kepedulian kita kepada sesama. Mari berikan bantuan agar Kakek Pammu bisa hidup dengan layak di usianya yang sudah rentah.

Watansoppeng, 25 Maret 2022

(Visited 42 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

%d blogger menyukai ini: