Oleh : Rasdianah
Single Mom atau Single parent atau apalah sebutan lainnya, yang pasti dia adalah perempuan yang tanpa suami atau dengan kata lain disebut “janda”. Mungkin sebagian besar perempuan di dunia ini tidak akan rela, tidak bahagia, bahkan tidak ikhlas apabila ditinggalkan suami, baik itu ditinggal suami mati, ataukah ditinggal karena cerai. Siapa sih yang mau mempunyai status bergelar janda, kalau pun ada, mungkin perempuannya sendiri yang berkemauan seperti itu dengan berbagai macam alasan tentunya.
Awal 2021, Pandemi Covid 19 membawa pergi orang yang sangat saya cintai. Ketika ditinggal pergi selamanya oleh suami, seminggu, sebulan belum menyadari kalau diri ini sudah berganti status. Mungkin karena saat itu masih terlalu larut dalam duka yang berkepanjangan. Saya juga belum berani berkomunikasi dengan banyak orang selain dengan keluarga dekat. Pertama kali ke lokasi kerja dan mendengar beberapa laki-laki yang sedang berbincang dengan riuhnya dengan topik utamanya adalah janda. Mereka tertawa lepas, seolah mengejek, saling melempar candaan seolah sebutan janda itu adalah bahan rumpian yang sangat menarik dan membuat mereka senang. Tiba tiba saya merasa tertohok, hati terasa sakit dan bergegas masuk ke mobil. Dalam mobil saya menangis sejadinya, baru menyadari ternyata sekarang sudah berganti status menjadi janda.
Status yang sepertinya selalu dipandang hina, rendah, murahan, nakal, genit, pengganggu rumah tangga orang dan lain sebagainya. Mungkin tidak ada persepsi yang positif dari orang jika berbicara tentang janda, dan sekarang saya menyandang gelar itu. Kenapa harus saya Tuhan? Bisik saya lirih saat itu.
Hari ke hari saya lalui dengan gelar itu, berbagai macam perasaan dan pengalaman pun sudah saya dapati selama itu. Kadang ke lokasi dan mendengar orang-orang bilang, “Yang mana yang Janda? Yang beri materi yah? Katanya ada yang janda yah? Wah jadi petugas lapangannya ternyata Janda”. Kadang juga ada yang mengejar-ngejar minta nomor Handphone ketika saya selesai dalam suatu kegiatan, dengan modus mau berkonsultasi atau bertanya tentang materi saya atau apalah alasannya. Kira-kira seperti itulah gambaran yang sering saya dengar dan dapati.
Sungguh merasa sangat tidak nyaman, ingin menghindari keadaan seperti itu, tapi mau bagaimana lagi. Saya seorang petugas POPT yang setiap harinya harus bertemu, bergaul dan berinteraksi dengan banyak orang yang notabene kebanyakan laki-laki. Baik itu teman sesama petugas lapangan yang memang sebagian besar laki-laki, ataupun petani dan masyarakat umum lainnya yang tidak mungkin saya hindari. Pun pernah saya dapati oknum yang ketika saya membantu menyuguhkan minum di lokasi kerja tiba tiba berkata ‘Wah pantas betah orang-orangnya, ada pelayan sexy rupanya di sini”. Padahal saya itu memakai hijab, pakaian saya tertutup dan sopan.
Salah saya di mana? Kataku membatin. Ketika itu muka saya rasanya panas, jantung berdebar, ingin rasanya marah tapi tidak mungkin. Belum lagi ketika ada kegiatan yang melibatkan banyak orang, ketika sesi foto-foto terkadang ada saja segelintir laki-laki yang sengaja mendekat dan dengan modus berkata ayo foto bareng, tapi tangannya ke mana-ke mana. Saya hanya bisa menghindar dengan menjauh atau mundur dari tempat itu. Bagi saya beberapa pengalaman seperti itu sudah merupakan pelecehan verbal dan fisik, tapi apalah daya saya yang lemah ini. Hanya bisa menuangkan perasaan lewat tulisan.
Ingin rasanya menyampaikan bahwa tidak semua janda itu meresahkan.Tidak semua janda itu berbakat jadi pelakor. Masih banyak single fighter yang punya harga diri di atas rata-rata. Single mother yang benar- benar bekerja, membanting tulang untuk anak-anaknya. Orang tua tunggal yang mengesampingkan kebahagiaannya demi kebahagiaan buah hatinya. Single Mom yang seharusnya sebagai tulang rusuk tapi berkorban beralih fungsi menjadi tulang punggung untuk kelangsungan hidup anak anaknya. Sehat terus Pejuang “Bersayap Sebelah”.
Langitkan doamu disetiap sepertiga malammu. Suatu saat nanti Tuhan akan mengganti goresan di hati kita dengan Senyuman bahagia.
*POPT Kecamatan Pujananting Kabupaten Barru
Luar biasa perjuanganmu kawan,tetap semangat dan selalu bertawakal, insyaallah indah pada waktunya.#pejuang bersayap sebelah