Oleh: Yeldi Azwir*
Orang itu sedang tertipu olehku di saat dia juga asik menyajikan materi untuk teman-temanku, karena aku mulai mengacak-ngacak dan menafsirkan namanya dalam hati dan pikiranku. Ruslan Ismail Mage, nama ini sungguh memiliki makna yang banyak dan mengandung nilai-nilai filosofi. Semoga saja si pemilik nama ini meridainya.
“Ruslan” bermakna orang yang diutus, sebagai wakil yang menjadi motivator untuk menggali potensi yang selama ini terkubur. “Ismail“ merupakan salah seorang Rasul yang diutus oleh Allah Swt dalam ajaran Islam, seorang anak yang dari kecilnya sudah terkenal dengan Shadiqul Wa’di yang berarti orang yang menepati janji, komitmen cerdas dan bertanggung jawab. Allah limpahkan pada dirinya ilmu yang tidak dimiliki oleh orang kebanyakan dan diberikan kepadanya ketinggian darajat.
Adapun “Mage“ dalam bahasa Indonesia memiliki makna yang komplit dan beragam. Aku juga tidak tahu apakah itu marga yang melekat pada dirinya atau orang tuanya mungkin juga seorang filosof yang menginginkan anaknya tumbuh dewasa dan berkepribadian seperti yang melekat pada nama anaknya.
“Mage” itu dalam bahasa Indonesia berarti “kompor spritual unsur”. Jadi, semakin bertambahlah keyakinanku, ketika melihat penampilannya dalam menyajikan materi. Bagiku dia tidak hanya seorang Katib tapi lebih dari itu dia juga seorang Khatib, tidak hanya sebagai seorang penulis dengan pena, tapi juga seorang pelukis dengan jiwa.
Begitulah, “Ruslan Ismail Mage“ mengandung makna orang yang diutus untuk mencerahkan, mencerdaskan, dan menggerakkan jiwa melakukan restorasi dalam meningkatkan kualitas diri. Sebagai pembawa obor spritual dengan segala kekuatan yang ada dalam dirinya. Penyapa kesalahan, pelurus keraguan, penyemangat jiwa yang bimbang, pengganggu kegalauan, serta inspirator kehidupan bukan hidup.
Dia laksana wakil manusia yang datang dan diutus dari satu kota ke ujung kota yang lain, sebagai penyanyi dan penyampai risalah, karena tidak ada Ruslan yang tidak membawa risalah, dan jika tidak membawa risalah maka dia bukanlah Ruslan.
Ruslan itu seolah-olah memberikan isyarat motivasi yang menarik diakronimkan: Rus bisa dimaknai teruskan, dan Lan bisa dimaknai lanjutkan. Sementara Ismail seperti tersirat nilai-nilai filsafat : I-ingat, S-sedikit, M-mulai, A-awali, I-ilmu, dan L-literasi. Subhanallah, aku semakin terkagum karena ternyata Ismail itu seorang filosof dunia yang sudah menguasai Al-Qur’an sejak umur tujuh tahun. Inilah yang ada dalam diri Ruslan Ismail Mage, seorang yang ditugaskan Tuhan melakukan perjalanan literasi dari ujung kota menuju kota lain, dari Pulau Sulawesi menyeberang ke pulau-pulau lain Nusantara. (Bersambung)
*Guru dan pencinta literasi menulis Pesisir Selatan
Subhanallah,
Alangkah bangga diri ini ketika sifat ISMAIL itu melekat erat di tubuhku, laksana keyakinan Nabi Ismail yang menempelkan jiwa’dengan Tuhannya, tak takut mati sekalipun disembelih oleh ayahnya sendiri.
Ingat Sedikit Mulai Awali Ilmu Literasi.
Akan kujadikan sifat ini sebagai prinsip kehidupanku untuk mewariskan keada keturunan dan generasi setelahku kekayaan pengetahuan sebagai bukti bahwa suatu saat mereka berkata : ” Kakek kita, leluhur negeri ini yang bernama Yeldi Azwir adalah seorang penulis dan penyampai risalah yang dapat kita nikmati saat ini “.
Semoga terwujud :
* Yeldi Azwir *