Rodolf seorang pria yang berasal dari tempat aku lahir. Sejak kami masih kecil ayahku selalu saja menceritakan jika mereka ada sepupu lami meskipun sudah adanya jarak kerena perkawinan selang seling. Rudolf tumbuh remaja di kota Dili dan usai sekolah baru ia balik ke kota dimana kami menetap.
Sering aku dan ayah berkunjung ke kuburan nenek aku melihat dia. Waktu itu SD saja aku belum. Terkadang mereka menyapa ayahku dengan ucapan om. Mereka tahu bahkan kenal ayah secara baik. Suatu hari, ayah berkata kakak kamu yang sering menyapa kita kala kita ke kuburan nenek bahkan menjenguk kakek itu keponakan ayah jadi ketemuan saling menyapa karena kita ada hubungan darah, ujar ayah padaku, sebagai suatu bentuk didikan. Aku mendengar dan meresapinya karena bagiku setiap saran dan nasehat orang tua khususnya ayah adalah kunci kehidupan meskipun bukan kunci kesuksesan.
Akhirnya kami pindah ke ibu kota kabupaten karena mengikuti karier ayah. Waktu itu aku masih SD. Tamat SD aku lalu pindah lagi ke ibu kota Propinsi. Sejak hari itu aku hidup terpisah dari keluarga kandung. Suatu hari aku mendengar jika Rudolf sudah nikah dengan sepupuku. Ya aku hanya mendengar kabar itu karena kita berasal dari lingkungan yang sama juga teringat aku pada ajaran ayah. Waktu terus belalu tak tahu bagaimana dia karena bagi aku, dia bukan siapa-siapanya aku hanya karena masih ingat nasehat ayah jadi aku hanya anggap saja mereka adalah keluarga.
Aku tidak pernah dekat Rudolf secara dekat bahkan menganggap dia orang penting buatku karena dia tetap biasa layaknya manusia yang lain. Dia bukan orang yang terlalu esensial buatku tapi jujur apapun yang diceritakan ayah selalu saja aku anggap amat berarti tentang kisah akan sebuah hubungan darah entah dari mana aku tak tahu.
Akhirnya stelah 25 tahun suatu hari kami semua telah dewasa dan memiliki keluarga masing-masing Rudolf tiba-tiba add ke aku melalui via facebook. Aku mengenal dia layaknya kakak karena bukan anak kecil melainkan orang yang jauh lebih dewasa dari aku. Aku menghargainya lalu aku memberikan konfirmasi balik padanya.Kami chat. Saat chat ia berkata hi cantik dan buktinya aku memang cantik dan cantik alami karena memiliki jiwa yang cantik bukan karena Make Up ujar aku pada Rudolf. Ya aku tahu makanya aku add adik. Aku pikir berarti ia juga beranggapan aku saudara makanya menyebut aku adik pikir aku dalam hati. Ia mulai gombal, cantik posisi kamu ada di mana? Aku di rumah masa aku di kuburan kan aku belum mati jawabku. Aku tanya kakak apa kabar? Ah aku baik adik cantik. Saat chat aku berkata Bu, ada kakak Rudolf chat sama aku. Ibu menjawab kakak kamu chat bilang apa? Dia tanya kabar aku bu. Ibu bilang jawab saja kan dia suami sepupu kamu. Ya aku tahu Ibu lagian dulu ayah juga menceritakan hal yang sama.
Aku pas mau balas chat tiba-tiba Rudolf berkata, aku dari Lospalos Com ujarnya. Aku tertawa sendiri hahahaha ini kakak kok tukang bohong bangat. Oh ya rasanya aku kenal kamu kok kamu bisa berbohong sama aku kakak? Coba kalau kamu kenal aku tebak siapa aku. Kamu kakak Rudolf, kamu bukan orang Lospalos Com tapi kamu saudara kami. Rudolf langsung tertawa hahahaha, Sorry kamu masih kenal aku ya Dev. Kenapa tidak kamu kan sauadara aku kok sampai kamu bilang kamu orang Lospalos Com. Aku mengira kamu masih sombong kayak dulu waktu kecil, kemana-mana selalu saja terus bergandengan tangan dengan ayah kamu makanya aku memalsukan identitasku Dev.
Hahaha aku tadi pikir ini kakak Rudolf kok tiada angin tiada hujan tiba-tiba add ke aku? Bukanya dulu sekampung kalian semua takut sama kami karena menyebut kami keluarga suwangi kan kalian keturunan raja yang nanti naik ke surga lewat tangga tidak lewat kuburan. Dev jujur dulu aku suka sekali sama kamu Dev hanya kamu kan anak ABRI jadi aku takut. Bukan takut tapi tidak berani karena minder, ujarku. Rudolf mulai curhat ia merasa aku wanita murahan seperti wanita murahan lainnya yang dia kenal. Kenapa baru ngomong ketika kita sudah mau jadi kakek nenek Dev. Hahaha habis aku mengira kamu tidak kenal aku Dev, Namun karena kamu kenal aku makanya aku open saja Dev meskipun sebentar lagi kita akan menjadi kakek nenek Dev
Dev di waktu kamu kecil saja sudah cantik dan aku suka sama kamu hanya tiap hari kalau jalan kayak orang mau mati selalu saja pegan tangan sama ayah kamu jadi aku tidak berani. Pas kamu sekolah jauh terus kamu ke kampung halaman, aku jadi suka sama kamu cuman aku mau open tidak bisa karena aku sudah pacaran dengan kakak kamu. Kakak aku siapa? Kakak kamu pokonya kalian saudaralah ujar Rudolf. Di pikiranku kala itu hanya dua wanita yang aku suka yakni kamu tapi waktu itu kamu masih kecil jadi aku pacaran dengan kakak kamu. Terus kenapa tidak jadi sama kakakku atau aku malahan sama sepupuh aku. Ya aku tahu tapi aku menikah karena dimain tangkap basah makanya bukan karena cinta. Kakak kamu mau aku lapor ke sepupu aku ujar aku pada Rudolf. Jangan Dev kok kamu seperti itu. Gini dulu aku sempat pacaran sama kakak kamu terus kamu mau tahu apa yang terjadi? Tante kamu marah langsung sama aku sampai mengancam aku agar aku jauh dari anaknya Dev. Kalian adalah manusia yang sombong. Kamu mau tahu kata-kata tante kamu? Yaap jika kamu ceritakan tentu aku ingin tahu kakak Rudolf.
Tantemu bilang Jauhi putriku, aku tidak mau putriku jadian dengan kamu karena kamu mau kasih makan apa putriku Rudolf. Aku malu langsung memutusin kakak kamu Dev dan saat kamu tumbuh remaja makin cantik dan aku sering terobsesi akan kecantikan kamu ingin rasanya menembak kamu Dev, tapi kata-kata tantemu sungguh membunuh harapanku. Kakak Rudolf kalau cowok jantang itu berjuang meluluhkan hati orang tuanya bukan takut itu cowok pengecut, ujarku.
Aku mau tanya, anak kamu berapa sekarang? Dua kakak, jawabku. Suami kamu orang mana? Ya orang bumi masa orang langit hhh, jawabku. Hmm aku masih suka sama kamu hingga detik inj Dev. Namanya juga cowok kakak aku mau jawab apa lagi coba! Suka atau tidaknya kan urusan kakak bukan urusan aku, asalkan aku masih respect kalian sebagai saudaraku juga suami sepupuhku.
Sumpah Dev aku masih terobsesi pada postur tubuhmu kala kamu masih remaja itu cantik banget. Aku chat sama dia sambil cerita lagi ke ibuku tentang perlakuan Rudolf. Ibu bilang kasih tahu kek kakak Rudolf mau nanti ibu kasih tahu ke mertua dia! Aku kasih tahu Rudolf bilang jangan kasih tahu ibu kalau kita berdua chat. Ibu kan ibuku jadi kalau kakak chat aku sampaikan biar ibu juga tahu kakak. Jangan Dev kok kamu kayak gitu entar ibu kasih tahu ke mertuaku bisa gawat Dev, kata Rudolf. Hmmmm ini maksud kamu apa kakak Rudolf, kenapa kita harus chat tertutup kan tidak ada tertulis di Agenda juga untuk chat dalam skala tertutup kakak ujarku. Aku hanya mau merasa kita nyaman saja Dev ujar Rudolf padaku. Dari pemalsuan identitas lewat facebook, dari komunikasi melalui call dan video call akhirnya kebodohan Rudolf mulai tergambar olehku.
Sautu hari sering adanya komunikasi Rudollf berbicara aneh-aneh makanya aku langsung membloknya. Ia muncul lagi dari via WA. Aku terkejut sebenarnya maunya Rudolf apa coba, pikirku dalam hati. Ia mulai lebih berani bicara akan hal-hal yang sensitif. Ia mengira aku adalah wanita paling lemah di antara jutaan wanita yang ada di planet bumi ini. Asumsinya tidak aku terima dan aku berharap padanya jangan chat lagi ke aku.
Suatu hari ia tak sadar akan chat aku dan kembali pada nomor WA baru akhirnya aku berkata kasar biar jangan lagi berkomunikasi denganku lewat aplikasi apa saja. Aku jengkel langsung berkata, hei hitam, wajah keriput, rambut keriting mau kamu apa? Aku mau kita ada relasi tersembunyi, ujar Rudolf. Rudolf mulai marah dan berkata mungkin benar aku seperti yang kamu bilang tapi setidaknya aku memiliki sejarah yang jelas, Dev kalau kamu coba tanya ayah kamu anak siapa? Hahaha Ayahku adalah cucu dari seorang Dom di wilayah ini meskipun ayahnya dipertanyakan Rudolf tanpa ada kata kakak lagi buat dia. Jika aku sudah jelaskan padamu banyak hal yang kini telah aku ketahui jika dia darah daging siapa apakah kamu mampu untuk percaya! Dev jikapun kamu berkata pada semua orang di wilayah ini tidak akan ada yang percaya omomganmu, ujar Rudolf
Kenapa aku harus peduli pada orang lain untuk percaya atau tidak karena aku hanya butuh kamu tahu saja tidak butuh kamu percaya atau tidak. Awal chat mungkin aku masih menghargai kamu dengan menyebut nama kakak sebelum aku sebut namamu Rudolf, tapi hari ini kamu adalah laki-laki pecundang yang merasa diri kamu seolah kamu pemilik bumi ini.
Aku tidak butuh kamu percaya atau tidak Rudilolf karena kamu mencari tahu siapa ayahku dan siapa kakekku makanya mau sarankan ke kamu mending kamu belajar dulu sejarah, nenek kamu karena dengan kamu mengetahui sejarah nenek kamu maka dengan sendirian kamu akan tahu siapa kakek aku Rudolf. Kamu Dev tidak punya rumah adat terus sombong luar biasa. Hmm, di era ini aku tidak butuh memperkenalkan siapa aku dan dari mana asalku atau rumah adatku, yang butuh di era ini kamu siapa dan apa Brand kamu sebagai warga negara Timor-Leste. Jika kamu berbicara dan ingin tahu sejarah kehidupan ayah aku maka pikir-pikir aku lebih bermakna bagimu, ujarku.
Makna apaan Dev sejarah kehidupan ayah kamu saja tidak jelas apanya yang bermakna. Karena masih ada yang sejarahnya bahkan sejarah kehidupan ayahnya jelas tapi orang yang mereka anggap tidak memiliki sejarah kehidupan jelas tak pernah bertanya asal usulnya. Kita yang merasa asal usul jelas pengen cari tahu sejarah kehidupan orang lain berarti aku yang jauh lebih luar biasa. Kamu tahu kenapa Rudlof tanya pada dirimu mengapa karena orang tidak akan bisa delete nama ayahku yang darahnya adalah keturunan Dom di daerahmu dan aku menetap. Aku jelaskan agar kamu paham karena kita saja sudah beda darah bagaimana kita bisa sepaham Rudolf?
Jika kamu mau tahu siapa ayah aku coba tanya ayah ibumu mengapa kuburan nenekmu justru ada di tanah kelahiran ayahku Rudolf? Camkan itu baik-baik, ujarku. Karena Rudolf yang aku anggap pria waras ternyata pria bodoh yang lupa mencari tahu sejarah kehidupan ayahnya sendiri dimana ia jauh lebih peduli sejarah ayahaku. Sejak hari itu aku sadar jika orang seperti Rudolf itu bukan pria baik bahkan suami baik karena masih mampu meremehkan orang lain padahal ia sendiri bukan siapa-siapa aku dan bukan apa-apanya aku. Aku sadar jika ayah di mata mereka bukan siapa-siapanya atau apa-apanya mereka namun, ayahku adalah orang luar biasa buatku secara pribadi. Rudolf tiba-tiba sadar dan minta maaf jika dia emosi karena aku berbicara kasar padanya.
Edisi terbatas…