Hari-hari terus belalu. Masa Pandemia Covid- 19 selalu saja membatasi insan saling berdekatan. Graz & aku justru asyik berkomunikasi lewat dunia maya internet atau secara virtual. Suatu hari Graz meminta hal yang amat sensitif. Aku terkejut apa-apaan itu Graz. Ia melalui chat berkata bahwa ia ingin melakukan relasi intim dengan aku. Dalam chatnya ia berkata, Art aku jujur setiap kita video call aku selalu ada rasa yang lahir dari batin kecilku. Aku ingin kita bisa hidup bersama Art. Lho itu tidak akan terjadi, kamu tahu jika kita memiliki pasangan hidup masing-masing. Aku tahu Art dan aku sadar tapi aku mau kita hidup bersama, ujar Graz. Gila kamu Graz, kok kamu sampai sehina ini ujar aku pada Graz. Ia berkata, dari pada aku berpura-pura lebih baik aku jujur Art.

Aku tahu kamu akan marah bahkan membenciku tapi aku mencintaimu bagaimana aku bisa menyipu diriku Art. Intinya aku sadar aku juga punya istri wanita seperti kamu Art, tapi aku tidak paham saja mengapa aku bisa jatuh cinta lagi ke kamu, itu yang jadi pertanyaan Art.

Okey kamu tahu kita memiliki pasangan hidup terus kamu berkata demikian aku harus bagaimana coba ! Ya kalau kita berjuang bersama ok kita pasangan kita masing-masing gimana?

Graz kamu gila ya benar-benar gila. Aku paham kamu seorang pria sama seperti suamiku tapi tidak semestinya kamu bertindak konyol seperti tiu karena kamu punya karier yang sangat bertolak belakang dengan permintaanmu Graz.

Ah profesi itu tidak ada sangkut pautnya sama aku. Lho apakah kamu yakin apa yang kamu sedang bicarakan ini? Ya aku yakin Art. Aku membutuhkan kamu Art. Hmm kamu lucu Art kamu kira aku boneka kamu jadi kamu minta segala sesuatu tergantung apa yang kamu mau? Aku bukan gila seperti kamu. Kenapa tidak kamu ajak istrimu biar buat hubungan intim sesuai dengan permintaanmu ke aku. Art aku suka kamu, aku tidak bicara istri dalam relasi kita Art, ujarnya.

Graz, Graz harusnya kau pikir aku ini siapanya kamu. Kamu tahu kamu seorang sosok keamanan di negeri ini. Kamu sosok suami dan kamu sosok seorang ayah bagi anak-anak kamu. Awal temanan terus alin deman bukan demam berdarah tapi deman karena perasaan terus pada akhirnya kamu open tentang segala masalah yang kamu hadapi dengan istri dan adik-adikmu, kamu chat bahwa kisah kehidupanmu seperti aku Graz, apakah semua itu hanya lelucon agar kamu bisa menghipnotisku juga perasaanku? Ujarku tanpa peduli perasaan Graz. Terus usai itu kamu open keadaan istrimu masuk ke karantina karena virus Covid-19. Terus kamu open jika kamu kesepian emang kau pikir aku diskotik pribadi kamu Graz?

Graz sampai kapan kamu akan sadar jadi suami dan ayah yang baik. Kamu tahu aku jauh lebih kesepian tapi aku masih punya hati Graz. Aku tidak mau membuat orang lain jadi korban demi kebahagian aku Graz itu aku Art yang kamu kenal. Please Art aku mohon, karena aku merasa gimana ya tiap kita chat atau video call Art. Kamu merasa apa nafsu ya jika nafsu kontak nomor istri kamu dan ajak dia lakukan apa yang kau minta dariku. Dia istrimu pasti enak kamu ajak seperti itu Graz, ujarku.

Mereka ke kampung halaman terus tidak ada jaringan Art, jadi aku sekarang butuh kamu. Lho kamu bukan manusia ternyata ucapan aku di hari pertama benar, kamu adalah hewan tak punya akal Graz. Kamu sampai berlagak lupa dimana kamu sedang hidup. Tidak aku jujur aku jadi begini dan minta yang aneh-aneh karena mengenal kamu Art. Aku tidak biasa berlagak kayak begini ke wanita lain kecuali dirimu. Aku pikir selain virus covid-19 virus apalagi yang bakalan melanda negeri ini kok katanya bisa lakukan hubungan intim lewat virtual.

Dari Graz aku mulai menemukan titik terang jika negeri ini bakalan hancur dengan munculnya dampak budaya barat lewa aplikasi yang di tawarkan oleh negara lain. Hmmm aku berpikir sejenak dan tak membalas chatnya Graz. Aku mengira negeri ini butuh orang kerja sebagai militar harusnya berpikir kritis bagaimana cara menjaga keamanan tapi dengan mengenal Graz kelakuannya justru bertolak belakang dari apa yang aku rasakan dan aku lihat dengan mata kepalaku sendiri.

Separah inikah kondisi negeriku? Aku takut bahkan trauma. Permintaan Graz benar-benar mengejutkan aku. Entah kenapa perhatian dan perasaan yang Graz ungkapin selama hampir delapan bulan tak berarti lagi buat aku. Art kenapa lama sekali kamu balas chatku? Hmmmm maaf aku lagi busy Graz. Kamu marah sama aku ya? Tidak aku sudah pernah marah delapan bulan yang lalu Graz. Namun, rasa marah aku tidak mengerti arti marah itu sendiri jadi aku muak saja Graz.

Aku yakin kamu marah, sangatlah marah karena feelingku kuat Art. Jika aku tak ingin marah tapi aku di pancing untuk marah apa aku harus latih diri di atas marah jadi tukang bohong lagi Graz. Inikan Art beneran marah sama aku. Apalagi yang mau di bahas mau ajak aku lagi layani kamu melakukan hubungan intim secara online seperti permintaan tadi? Tidak aku salah Art maaf.

Kamu benar Graz semua benar tidak ada yang salah. Jadi aku yang salah karena menerima kamu sebagai seorang teman yang selalu hadir mengisi hari-hariku Graz ujar aku. Graz tak bicara banyak langsung video call ke aku dan aku pikir kenapa menutupi segala kemampuan akan rasa yang telah kamu lalui bersamaku selama ini.

Graz akhirnya video call berkali-kali jadi aku menerimanya. Kenapa kamu! Ucapanku kasar. Miss You, I Miss You Art and I am loving you . Graz kata-katamu tidak terlalu menusuk kalbuku hanya tindakan serta permintaan kamu yang tadi membuat imanku hampir rapuh dan tersesat Graz.

bersambung….

(Visited 9 times, 1 visits today)
Avatar photo

By Devinarti Seixas

Penulis dan Pendiri KPKers Timor Leste, dengan mottonya: "Kebijaksanaan bukan untuk mencari kehidupan melainkan untuk memberi kehidupan dan menghidupkan". Telah menyumbangkan lebih dari 100 tulisan berupa; berita, cerpen, novel, puisi dan artikel ke BN sejak 2021 hingga sekarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.