Dalam perjalanan hidup, setiap individu dihadapkan pada tantangan dan cobaan yang menguji mental dan ketahanan diri. Hal ini terutama berlaku bagi Buruh Migran Indonesia (BMI) yang bekerja di luar negeri, jauh dari keluarga dan tanah air. Kisah-kisah para senior BMI di Hong Kong adalah bukti nyata bahwa hidup sebagai tenaga kerja di negeri orang bukanlah perjalanan yang mudah. Namun, justru dalam kesulitan inilah terbentuk ketangguhan, kesabaran, dan keberanian yang luar biasa.

Mari kita telaah kembali beberapa kisah nyata yang pernah terjadi. Pada tahun 2010, seorang BMI bernama AS mengalami nasib tragis di tangan majikannya. AS seringkali dipukul hingga lebam hanya karena kesalahan kecil yang dilakukannya. Namun, AS tidak tinggal diam. Dengan keberanian yang tak tergoyahkan, ia melaporkan penganiayaan tersebut ke KJRI Hong Kong, yang kemudian memberikan perlindungan dan mendampinginya melapor ke polisi. Dengan bukti visum dari Rumah Sakit Kowloon, kasus AS berhasil diproses secara hukum. Kisah ini menunjukkan bahwa di tengah derita, keberanian untuk berbicara dan mencari keadilan bisa mengubah nasib.

Empat tahun kemudian, di tahun 2014, kisah Erwiana mengejutkan kita. Selama delapan bulan bekerja tanpa digaji, ia dianiaya dengan brutal oleh majikannya, dipukul menggunakan hanger hingga kondisinya sangat memprihatinkan. Ia dipulangkan diam-diam tanpa upah, namun beruntung ada seorang BMI lainnya yang melihat kondisinya dan membujuknya untuk melaporkan kejadian tersebut. Erwiana adalah contoh nyata bahwa meskipun dihadapkan pada penderitaan yang luar biasa, kekuatan untuk bertahan dan berbicara bisa membawa perubahan besar.

Dua kisah ini adalah gambaran dari ketangguhan luar biasa para BMI di masa lalu. Mereka tidak hanya bekerja keras, tetapi juga bertahan di tengah perlakuan yang tidak manusiawi. Mereka adalah simbol dari keberanian dan ketahanan mental yang kokoh, layaknya beton yang kuat di tengah kerasnya kehidupan.

Namun, berbeda dengan kisah-kisah tersebut, ada juga kisah seperti Mawar di tahun 2020. Mawar bekerja di sebuah keluarga besar dengan tugas utama membersihkan rumah yang luas dan bertingkat tiga. Meskipun pekerjaan ini berat, ia hanya mampu bertahan satu tahun sebelum memutuskan untuk menyerah dan meminta notice, terutama karena anaknya di Indonesia sedang sakit. Keputusan Mawar ini bukan tanpa alasan, tetapi hal ini juga menggambarkan betapa beratnya tekanan yang dialami BMI pemula di luar negeri.

Kisah Mawar dan para BMI pemula lainnya yang mudah menyerah, sering mengadu ke agen, dan akhirnya memutuskan untuk notice, mengundang keprihatinan. Mereka seolah melupakan pengorbanan yang telah dilakukan, baik tenaga, waktu, maupun materi, selama proses penantian di PT (Perusahaan Penempatan Tenaga Kerja). Mereka sering meminta nasihat dari BMI senior, tetapi bukannya bertahan dan bersabar, mereka malah mencari pembenaran atas keputusan mereka untuk menyerah.

Pertanyaannya, mengapa adik-adik BMI sekarang lebih mudah menyerah? Mengapa sedikit-sedikit mereka merasa tertekan dan mencari jalan keluar yang cepat? Padahal, perjuangan untuk mendapatkan pekerjaan di luar negeri tidaklah mudah, dan kesempatan yang mereka dapatkan adalah buah dari pengorbanan yang besar.

Sebagai seorang senior, ada beberapa nasihat yang ingin saya sampaikan kepada adik-adik BMI, terutama bagi mereka yang baru memulai perjalanan ini. Ingatlah bahwa semua senior BMI pernah berada di posisi kalian. Mereka pernah merasakan pahitnya dituduh, difitnah, dibentak-bentak, bahkan dipecat di tengah malam tanpa alasan yang jelas. Beberapa dari mereka bahkan harus tidur di gudang bawah tangga yang pengap. Namun, mereka tidak menyerah. Mereka terus bertahan, bekerja keras, dan pada akhirnya berhasil mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, di mana hak-hak mereka terpenuhi dan fasilitas yang layak diberikan.

Untuk mencapai kondisi tersebut, para senior ini tidak hanya bekerja keras tetapi juga mengasah kemampuan mereka. Menguasai bahasa Kantonis dan mahir memasak adalah dua keterampilan yang menjadi pondasi utama untuk mendapatkan pekerjaan yang nyaman di Hong Kong. Meskipun tidak 100% menjamin, keterampilan ini memberikan nilai plus yang besar saat kalian harus menghadapi wawancara dengan calon majikan. Dengan keterampilan ini, kalian tidak hanya bekerja, tetapi juga memberikan kontribusi yang berharga bagi keluarga majikan, yang pada akhirnya akan memperkuat posisi kalian di mata mereka.

Adik-adik BMI, ingatlah bahwa mencari pekerjaan di Indonesia bukanlah perkara mudah. Kalaupun ada, gaji yang ditawarkan sering kali tidak sebanding dengan biaya hidup dan tanggung jawab yang harus ditanggung. Kesempatan untuk bekerja di luar negeri adalah peluang besar yang tidak boleh disia-siakan. Pengorbanan yang kalian lakukan, baik waktu, tenaga, maupun keluarga yang kalian tinggalkan di Indonesia, adalah investasi besar yang harus kalian jaga dan hargai.

Kerja dua tahun di luar negeri bisa setara dengan kerja sepuluh tahun di Indonesia. Namun, semua itu hanya bisa dicapai jika kalian memiliki kesabaran, ketahanan mental, dan keyakinan yang kuat. Kunci utamanya adalah jangan pernah meninggalkan salat, apapun keadaanmu. Sabar adalah teman setiamu, dan jangan pernah baperan. Selama majikan tidak melakukan kekerasan, hadapilah setiap tantangan dengan kepala tegak dan hati yang kuat.

Jalan yang kalian pilih mungkin penuh dengan tantangan, tetapi dengan ketangguhan, kalian akan menemukan bahwa setiap cobaan adalah langkah menuju keberhasilan yang lebih besar. Ingat, ketangguhan bukan hanya tentang bertahan, tetapi juga tentang berkembang dan menjadi lebih kuat dari hari ke hari.

(Visited 17 times, 1 visits today)
Avatar photo

By Marsih

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.