Oleh: Ruslan Ismail Mage*
Dalam sejarah minuman, tercatat sebuah nama yang menjadi legenda: D’Amalfi Limoncello Supreme. Minuman ini bukan hanya sekadar minuman mewah, tetapi simbol eksklusivitas. Hanya dua botol yang pernah diproduksi, dan satu di antaranya sudah dimiliki oleh seorang klien anonim dari Italia. Sisanya? Tersedia bagi siapa saja yang berani membayar harga yang tentu tidak akan terjangkau kebanyakan manusia.
Namun, daftar minuman mahal tidak berhenti di situ. Macallan Valerio Adami 1926, sebuah wiski yang baru-baru ini terjual dalam pelelangan di Sotheby’s, menjadi botol minuman termahal di dunia dengan harga £2,2 juta atau setara dengan Rp42,2 miliar.
Tidak hanya harga, minuman juga kerap dikaitkan dengan gaya hidup. Martini yang digemari James Bond, atau Cosmopolitan yang dirancang untuk menarik perhatian kaum glamor di era 1980-an, mencerminkan status dan selera. Di sisi lain, tujuh minuman paling populer di dunia — teh, kopi, jus jeruk, bir, soft drink, wine, vodka, hingga minuman berenergi — menunjukkan bahwa di balik ragam pilihan, minuman memainkan peran sentral dalam kehidupan manusia.
Namun, apakah nilai sebuah minuman hanya ditentukan oleh harga, jenis, atau tempatnya? Tulisan ini ingin mengajak pembaca untuk memikirkan ulang.
Minuman Tak Ternilai
Ada sebuah minuman yang tak bisa dibandingkan dengan botol mahal apa pun. Nilainya jauh melampaui angka pada kalkulator, bahkan tidak terjangkau oleh standar kekayaan dunia. Minuman ini istimewa karena keberadaannya kian langka.
Minuman ini tidak dikenal di pelelangan atau klub-klub eksklusif. Ia tidak diciptakan oleh tangan ahli peramu koktail atau disajikan dalam gelas kristal. Tetapi, mereka yang benar-benar memahaminya tahu bahwa nilainya melebihi segala harta dunia. Saking berharganya, mereka yang hidup di masa lampau rela mengorbankan segalanya untuk merasakannya.
Tahukah Anda apa yang dimaksud? Minuman paling mahal itu adalah secangkir air putih yang disuguhkan seorang istri kepada suaminya saat makan.
Ritual Sederhana dengan Makna Luhur
Mungkin Anda mengernyitkan dahi atau bahkan tersenyum sinis. Namun, pikirkan sejenak. Minuman sederhana ini menjadi simbol cinta, pelayanan, dan keberkahan dalam kehidupan rumah tangga. Lebih dari sekadar air, ia mengandung doa, perhatian, dan rasa hormat seorang istri kepada suaminya.
Rasulullah SAW bahkan menyebut bahwa air yang diberikan seorang istri kepada suaminya lebih baik daripada puasa setahun. Hidangan yang disiapkan dengan tulus oleh seorang istri lebih utama daripada ibadah haji dan umrah. Hal ini menggambarkan betapa tingginya kedudukan seorang istri yang memahami perannya, bukan hanya sebagai pasangan hidup tetapi juga sebagai penopang jiwa keluarga.
Ritual sederhana ini menjadi pengingat bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada kemewahan, tetapi pada kasih sayang dan keikhlasan.
Keberkahan yang Kian Langka
Di era modern, ketika kesibukan dan individualisme kerap mendominasi, momen seperti ini semakin jarang terjadi. Banyak pasangan lebih sering makan sendiri-sendiri, menyisakan ruang kosong di meja makan dan dalam hati mereka. Padahal, keintiman sederhana seperti menyajikan air putih atau duduk bersama di meja makan dapat menjadi perekat yang kuat dalam hubungan suami istri.
Minuman paling mahal ini adalah penanda kehadiran, cinta, dan pengabdian yang tulus. Ia tidak memerlukan label harga atau kemasan mewah, tetapi memancarkan keberkahan yang tidak ternilai.
Mari kembali menghidupkan tradisi kecil yang penuh makna ini. Suguhkan segelas air putih dengan senyuman dan doa. Jadikan meja makan sebagai tempat bertemu cinta, bukan sekadar tempat untuk mengisi perut.
Minuman ini adalah warisan kebahagiaan yang tidak hanya dirasakan di dunia, tetapi juga menjadi bekal menuju kehidupan yang lebih kekal.
*Akademisi, Inspirator, dan Penulis Buku Motivasi dan Kepemimpinan.
Luar biasa banget tulisannya terima kasih pak RIM