Judul: Cerita Rakyat Sulawesi Selatan
Penulis: –
Editor: Dr. Abdul Pirol, M. Ag.
Penerbit: Aksara Timur
Tahun Terbit: 2018
Jumlah Halaman: viii + 85
ISBN: 9786025802034
Buku Cerita Rakyat Sulawesi Selatan ini merupakan karya tulis para mahasiswa PGMI IAIN (Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Institut Agama Islam Negeri) Palopo semester 4 kelas A tahun 2018. Tidak banyak informasi awal atau informasi pembuka pada buku ini. Hanya ada kata pengantar dari tim penyusun dan daftar isi buku. Para mahasiswa yang mengumpulkan cerita rakyat ini adalah mahasiswa yang sedang mengikuti salah mata kuliah tertentu.
Ada 25 cerita rakyat yang ditulis oleh para mahasiswa. Sebagian besar cerita rakyat yang bertema lokal Luwu misalnya Cerita Rakyat yang ditulis oleh Amrullah Ringki yang berjudul Maruntabang dan Lanca Bonga yang merupakan cerita yang berasal dari salah satu desa atau dusun di Luwu. Termasuk juga cerita rakyat ‘Asal Mula Desa Lapandaso’ oleh Mutiara Dinda, ‘Sawerigading’ oleh Nur Hamida Hawir Rampean, ‘Asal Mula Kota Palopo’ oleh Putri Melati, ‘Masjid Jami Tua Palopo’ oleh Aprida Lestari, ‘Asal Mula Kampung Waituo” oleh Rika Amalia dan cerita rakyat lainnya.
Ada juga beberapa cerita rakyat dari Tana Toraja misalnya ‘Asal Usul Orang Toraja’ oleh Kiki, dan ‘Toraya’ oleh Sarianti. Beberapa mahasiswa memilih tema lokal daerah kabupaten lainnya, misalnya ada cerita rakyat yang berasal dari Enrekang, Luwu Utara, Bone, dan daerah lainnya. Dari Bone ada cerita rakyat dengan judul ‘Kutukan Gua Mampu’ yang ditulis oleh Iim Rifki Alawiyah. Enrekang diwakili oleh cerita rakyat ‘Asal Mula Enrekang Tomanurung dari Bamba Puang’ yang dikisahkan kembali oleh Lisnawati.
Ada juga cerita rakyat yang bertema horor dan mistis, seperti ‘Legenda Hantu Indo Siso di Gunung Make’ oleh Yusriani Malacoppo, dan cerita rakyat berjudul ‘Poppo: Manusia Terbang dari Sulawesi Selatan’ oleh Windi Safitri.
Ternyata tidak semua isi buku ini adalah cerita rakyat sebagaimana yang tercantum dalam judulnya. Pada bagian akhir, temanya lebih bersifat feature ataupun cenderung ke sejarah daerah tertentu. Misalnya ‘Masjid Syuhada Masamba’ yang ditulis oleh Nur Halima, membahas tentang sejarah masjid yang ada di Masamba, kabupaten Luwu Utara. ‘Desa Baloli’ yang ditulis oleh Nurfatwatul Anan dan ‘Kerajaan Luwu’ oleh Nur Ainung, keduanya merupakan artikel sejarah dan bukan cerita rakyat. Sama halnya dengan ‘Sejarah Berdirinya Basse Sangtempe’ oleh Mira Pasau yang dari judulnya saja dapat ditebak merupakan sejarah berdirinya Basse Sangtempe atau Bastem.
Dari keduapuluhlima cerita rakyat, meskipun ada yang tidak masuk kategori cerita rakyat, namun tetap dapat ditempatkan sebagai artikel yang bersifat sejarah lokal. Cerita rakyat lainnya dapat dijadikan sebagai aset kekayaan budaya lokal Sulawesi Selatan, khususnya di bidang Folklore atau Cerita Rakya. Kumpulan cerita rakyat Sulawesi Selatan yang telah ada, akan bertambah lagi khazanahnya dengan adanya kumpulan cerita rakyat ini.
Beberapa hal yang masih perlu ditambahkan dalam buku ini diantaranya, illustrasi atau gambar atau foto penghias halaman buku. Dengan adanya ilustrasi buku, akan semakin menambah data tarik membaca buku ini. Seharusnya juga masing masing penulis cerita rakyat mencantumkan sumber cerita tersebut, nama, usia, dan asal daerah sang penutur cerita.
Buku koleksi Deposit, Bidang Pembinaan Perpustakaan, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sulawesi Selatan.
