Oleh : Gusmardiani
Untaian syair yang terucap melambungkan anganku dan irama serta hentakan perasaan sang penyair memberikan makna yang besar bagiku dan seluruh penulis di ruangan “Workshop Menulis Buku” di Giszella Hotel. Kuambil ponselku, kucoba merekam dan kudengarkan berulang-ulang agar lisan disampaikan dapat kucerna dengan baik. Setiap ekspresi yang ditunjukkan membuat semangatku membara.
Luar biasa puisi cinta yang beliau bacakan. Banyak kekuatan yang dapat kupetik dari puisi itu, di antaranya keberanian untuk mencoba, untuk mengungkapkan, serta melakukan sesuatu yang akan sangat berharga untuk kehidupan ini.
Begitu terkesimanya aku mendengar lantunan syair puisi yang beliau sampaikan. Dalam bisu, kutanya batinku” “Akankah aku bisa mengikuti jejak beliau?” Setiap lisan yang sampaikan menguatkan asa untuk semakin mencintai menulis yang pernah kunobatkan sebagai kegiatan yang paling sulit untuk dilakukan.
Namun, kulihat sosok penulis hebat Bapak Ruslan Ismail Mage, yang meminta dipanggil Bang RIM saja. Akronim namanya sederhana, namun mengandung energi dahsyat tak berbatas, membuat aku semakin penasaran. Begitu mudahnya beliau mengeluarkan gagasan dan pikiran inspiratif yang membangkitkan jiwa untuk bergerak membangun peradaban bangsa.
Karya- karya beliau begitu menginspirasi pikiranku. Dari sederetan koleksi buku spektakuler karyanya yang dipertontonkan dan disebutkan seperti “Kutemukan Peta Surga di Ujung Penaku”, “Ayat- Ayat Api”, dan “Kutemukan Cinta Sejati dalam Sedekahku” membuat hatiku bergetar mendengar judul-judul bukunya.
Belum lagi jika aku dapat membaca lembar demi lembar, tentu akan memperkaya imajinasi dan wawasanku sebagai dasar bagiku untuk mengembangkan potensiku dalam menulis. Kiat dan cara yang beliau gunakan dalam penulisan buku-buku beliau, serta bagaimana menulis 230 halaman dalam waktu hanya 3 minggu.
Bang RIM telah membuka jalan bagiku untuk terus menggoreskan penaku untuk berkarya. Kan kulewati hari-hariku dengan penuh semangat, dan kutaklukkan rasa ketakukatanku untuk mengurai kata demi kata yang terlintas menjadi sebuah tulisan yang bisa dibaca oleh siapa saja. Tidak akan lagi kubiarkan penaku lapuk tak menari Sajojo di antas lantai kertas putih.
Sungguh satu momen yang tiada terlupakan dengan pertemuan yang sangat berharga ini bersama Bang RIM, sang motivator jiwa. Bersama semua guru penulis hebat Pesisir Selatan, aku akan selalu mempraktikkan semua ilmu yang telah Bang RIM berikan sebagai suluh untuk menulis.
Tiada bisa kulukiskan ketika saat berpisah tiba. Rasanya beribu kata dan berjuta keinginan serta pertanyaaan yang menguatkan masih akan disampaikan. Namun, situasi yang memutuskan harus berakhir. Hatiku sedih, begitu juga terlihat dari semua wajah di ruangan workshop itu. Dalam hitungan detik, Sang Inspirator kehidupan akan meninggalkan aku dan teman-temanku semua.
Apa yang beliau sampaikan, kuhimpun dan kusimpan semua di memori ponselku, dengan harapan kapan pun dapat kugunakan. Semoga pertemuanku yang pendek ini dengan beliau merupakan langkah awalku untuk terus menelusuri jalan-jalan sempit untuk sampai pada tujuanku menjadi penulis andal untuk negeriku dan keluarga tercintaku. Semoga Allah memudahkan langkahku. Aamiin. []
*Pengawas SMP di Pesisir Selatan