Sejak berdiri pada Agustus 2015, Majelis Hong Kong Cinta Rasul telah menjadi wadah spiritual yang memancarkan cahaya cinta kepada Rasulullah SAW di tengah para pekerja migran Indonesia di Hong Kong. Sebagai bagian dari komunitas Nusantara Cinta Rasul yang dipimpin oleh Al Habib Ali Zaenal Abidin Al Kaff, majelis ini telah tumbuh dan berkembang, mengajak para anggotanya mendekatkan diri kepada Allah dan Rasul-Nya.

Dipimpin oleh Syarifah Noor Assegaf, Majelis Cinta Rasul di Hong Kong menawarkan sebuah oase spiritual di tengah hiruk-pikuk kehidupan para Buruh Migran Indonesia (BMI). Anggota majelis ini tak hanya berasal dari Indonesia, namun juga beberapa saudara seiman dari Filipina yang turut merasakan kehangatan dalam kebersamaan beribadah. Setiap minggunya, majelis ini diisi dengan kegiatan bacaan maulid, ratib, hizib, wirid, hingga sholawat rebana. Selain itu, terdapat pula pengajian yang mendalami ilmu agama Islam yang relevan dalam kehidupan sehari-hari.

Visi dan Misi: Menggapai Kemaslahatan Dunia dan Akhirat

Majelis ini memiliki visi yang mendalam, yakni mewujudkan kemaslahatan dunia dan akhirat bagi umat manusia. Prinsip Maqasid al-Khamsah menjadi landasan, yang mencakup upaya memelihara agama, jiwa, akal, harta, dan keturunan. Selain itu, visi majelis juga berfokus pada memadukan kekuatan ibadah (hablumminallah) dengan kekuatan muamalah (hablumminannas) dalam segala aspek kehidupan.

Sedangkan misi majelis ini jelas: mengharapkan ridha Allah SWT dan menumbuhkan kecintaan yang mendalam kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan akhirat sebagai tujuan utama, para anggota majelis terus berusaha mengarungi kehidupan dunia dengan landasan yang kokoh, penuh cinta, dan kesungguhan.

Suka dan Duka Bermajelis: Cahaya di Tengah Kesibukan

Seperti halnya kehidupan, perjalanan dalam bermajelis pun diwarnai oleh suka dan duka. Di tengah tuntutan pekerjaan yang sering kali berat, para anggota tetap berusaha menghadirkan waktu untuk menimba ilmu. Mereka tak hanya menguras tenaga untuk bekerja, tetapi juga pikiran untuk belajar. Di sinilah letak keunikan dan ketangguhan para anggota majelis Cinta Rasul.

“Suka” dirasakan ketika ilmu yang didapat semakin bertambah—ketika hati terasa lapang karena dapat saling menerima kekurangan masing-masing. Kebahagiaan itu semakin nyata ketika mereka bercanda dan berkumpul bersama, menciptakan ikatan kasih sayang yang hangat.

Namun, “duka” pun tak terelakkan. Konflik pendapat, kesempitan waktu, hingga berbagai masalah yang datang menjadi ujian tersendiri. Perasaan sempit muncul ketika tantangan hidup merangsek masuk, sementara air mata pun mengalir kala masalah-masalah pribadi atau keluarga muncul di tengah kesibukan merantau. Meski demikian, mereka tetap teguh, menyadari bahwa ujian adalah bagian dari perjalanan menuju kehidupan yang lebih baik di akhirat kelak.

Kehadiran majelis seperti Hong Kong Cinta Rasul tidak hanya menjadi tempat untuk belajar ilmu agama, tetapi juga menjadi pelipur lara, tempat berbagi, dan ruang untuk menumbuhkan cinta dan kasih sayang antar sesama. Dalam kehangatan majelis, meskipun harus merasakan panas, hujan, atau dingin saat berangkat mengikuti pengajian, semua itu dianggap sebagai bagian dari nikmat perjalanan.

Menimba Ilmu di Tanah Rantau

Di tanah rantau, menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab adalah keharusan. Namun, bagi anggota majelis ini, tanggung jawab itu tak hanya berhenti di tugas duniawi. Mereka mempelajari ilmu agama Islam dengan harapan bahwa ilmu tersebut dapat membawa keberkahan dan manfaat, baik di dunia maupun akhirat.

Meskipun lelah oleh tuntutan pekerjaan dan kehidupan, semangat untuk mencari ilmu tetap berkobar. Bagi mereka, majelis ini bukan sekadar tempat berkumpul, tetapi sebuah perjalanan spiritual yang menghubungkan hati mereka dengan Sang Pencipta dan Rasul-Nya. Di tengah kesibukan bekerja, majelis ini hadir sebagai pengingat bahwa perjuangan hidup di dunia adalah persiapan untuk kehidupan yang kekal di akhirat.

Majelis Hong Kong Cinta Rasul bukan sekadar komunitas, melainkan keluarga yang terikat oleh cinta kepada Allah dan Rasulullah. Di dalamnya, para pekerja migran menemukan arti kehidupan yang lebih mendalam, mengukir impian bersama, dan terus berjuang untuk mencapai tujuan akhir: Jannah-Nya. []


Majelis Cinta Rasul in Hong Kong: The Light of Knowledge in the Midst of Migration

Since its establishment in August 2015, Majelis Hong Kong Cinta Rasul has become a spiritual forum that radiates the light of love for Rasulullah SAW among Indonesian migrant workers in Hong Kong. As part of the Nusantara Cinta Rasul community led by Al Habib Ali Zaenal Abidin Al Kaff, this assembly has grown and developed, inviting its members to draw closer to Allah and His Messenger.

Led by Syarifah Noor Assegaf, the Majelis Cinta Rasul in Hong Kong offers a spiritual oasis amidst the hustle and bustle of the lives of Indonesian Migrant Workers (BMI). The members of this assembly not only come from Indonesia, but also several fellow believers from the Philippines who also feel the warmth of togetherness in worship. Every week, this assembly is filled with activities such as reading the maulid, ratib, hizib, wirid, and sholawat rebana. In addition, there are also religious studies that deepen Islamic religious knowledge that is relevant to everyday life.

Vision and Mission: Achieving the Benefits of the World and the Hereafter. This assembly has a deep vision, namely realizing the benefits of the world and the hereafter for mankind. The principle of Maqasid al-Khamsah is the basis, which includes efforts to maintain religion, soul, mind, property and offspring. Apart from that, the assembly’s vision also focuses on combining the power of worship (hablumminallah) with the power of muamalah (hablumminannas) in all aspects of life.

Meanwhile, the mission of this assembly is clear: to hope for the blessing of Allah SWT and to foster a deep love for the Prophet Muhammad SAW. With the afterlife as the main goal, the members of the assembly continue to try to navigate worldly life with a solid foundation, full of love and sincerity.

Joys and Sorrows in Assembly: Light in the Midst of Busyness Like life, the journey in assembly is colored by joy and sorrow. In the midst of work demands which are often heavy, members still try to find time to gain knowledge. They not only drain their energy to work, but also their minds to study. Herein lies the uniqueness and resilience of the members of the Cinta Rasul assembly.

“Joy” is felt when the knowledge gained increases—when the heart feels spacious because it can accept each other’s shortcomings. The happiness is even more real when they joke and gather together, creating a warm bond of affection.

However, “sorrow” is also inevitable. Conflicts of opinion, limited time, and various problems that come become their own tests. Feelings of narrowness arise when life’s challenges rush in, while tears flow when personal or family problems arise in the midst of the busyness of traveling. Even so, they remain steadfast, realizing that the test is part of the journey towards a better life in the afterlife.

The presence of an assembly such as Hong Kong Cinta Rasul is not only a place to learn religious knowledge, but also a solace, a place to share, and a space to grow love and affection between each other. In the warmth of the assembly, even though you have to feel the heat, rain, or cold when leaving for the pengajian, all of that is considered part of the joy of the journey.

Gaining Knowledge in a Foreign Land

In a foreign land, being an independent and responsible person is a must. However, for the members of this assembly, that responsibility does not stop at worldly duties. They study Islamic religious knowledge with the hope that this knowledge can bring blessings and benefits, both in this world and the hereafter.

Although tired by the demands of work and life, the spirit to seek knowledge remains burning. For them, this assembly is not just a place to gather, but a spiritual journey that connects their hearts with the Creator and His Messenger. In the midst of their busy work, this assembly is present as a reminder that the struggle of life in this world is a preparation for eternal life in the hereafter.

Hong Kong Assembly Loves the Messenger is not just a community, but a family bound by love for Allah and the Messenger of Allah. In it, migrant workers find a deeper meaning to life, carve out shared dreams, and continue to struggle to achieve the ultimate goal: His Jannah. []

(Visited 100 times, 1 visits today)
Avatar photo

By Sarmini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.