Oleh : Rosita Samad, SP*)

Menapaki awal tahun 2025 Toraja berselimut dingin nan khas, sejuk walau tak berpendingin ruangan. Macet di mana-mana akibat pesta rambu solo di beberapa tempat, belum lagi banyaknya perantau yang mudik ke Toraja tiap momen natal dan tahun baru masehi tiba. Geliat perekonomian begitu terasa. Pasar Makale, pasar Getengan, pasar Bolu di Rantepao lebih ramai dari biasanya, demikian pula kesibukan transaksi juga terlihat pada mini market baik di kota Makale maupun kota Rantepao.

Acara rambu solo atau rangkaian acara pemakaman jenazah sanak saudara kerabat yang telah disemayamkan berminggu, berbulan bahkan sampai bertahun-tahun lamanya hingga sanak keluarga benar-benar siap menggelar rambu solo yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Tempat pelaksanaan biasanya digelar di Tongkonan keluarga lengkap dengan alang (lumbung padi) dengan ukiran toraja nan khas. Keberadaan rumah Tongkonan dalam keluarga suku Toraja sangatlah penting sebagai perekat dan simbol sosial bagi pemiliknya. Semakin besar dan banyak Tongkonan dengan ukiran yang indah menunjukkan terpandang status sosialnya. Seorang ibu yang melahirkankan putra putri beberapa orang biasanya meniti karier di luar Toraja dan saat mereka sukses akan urungan untuk membangun Tongkonan di kampung halaman mereka.

Sebuah rumah Tongkonan perlambang cinta anak keturunan kepada leluhurnya, bakti anak kepada orangtuanya, kegigihan mencapai impian dan yang paling penting kuatnya budaya suku Toraja dalam kehidupan di mana pun mereka berada. Tongkonan bukan hanya sebuah wujud rumah adat kebanggaan masyarakat, tapi banyak nilai yang saling mengait dalam ramuannya.

Ramuan rumah Tongkonan zaman dulu terdiri dari Banga (pifagetta elata) yang merupakan tiang utama yang hanya dapat ditemukan pada hutan yang masih terjada kelestariannya. Ada bambu untuk atap yang juga berasal dari hutan demikian juga papan dan balok penyangga semua hasil hutan. Kehidupan masyarakat Toraja dapat dipastikan sangat tergantung pada hutan, sehingga budaya mereka juga mengharuskan untuk menjaga kelestarian sumberdaya hutan yang menjadi penopang budaya mereka.

Semilir angin pagi mengantarkan langkahku kembali ke Makassar untuk kembali beraktivitas. Entah kali keberapa saya menapaki Toraja dan selalu ada rindu untuk kembali termasuk memandangi dari dekat rumah tongkonan nan indah dari dekat, sebuah simbol kekayaan budaya yang kaya.

Toraja, 8 Januari 2025
*Penelaah Teknis Kebijakan DLHK Prov Sulsel

(Visited 93 times, 3 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.