Judul: Belajar Bahasa Bugis Lontara
Penulis: Ir. Syahruddin Wahid & Baso Ikhwan.
Editor: –
Penerbit: Badan Penerbit UNM
Tahun Terbit: 2022
Jumlah Halaman: 77
ISBN: 9786233870481
Tujuan utama penerbitan buku ini adalah untuk memenuhi kebutuhan bahan pengajaran bahasa Bugis untuk tingkat SMA/SMK dan MAN di seluruh wilayah Sulawesi Selatan dan juga sebagai perwujudan himbauan Pelaksana Tugas (Plt.) Gubernur Sulawesi waktu itu, Andi Sudirman Sulaiman untuk menggalakkan pembelajaran bahasa daerah sebagai mata pelajaran muatan lokal.
Diharapkan pula oleh penulis agar para siswa SMA dan yang sederajat dapat membaca dan memahami bahasa Bugis Lontara, tahu dan bisa menulis ejaan bahasa Bugis Lontara, dan agar ejaan bahasa Bugis dapat dilestarikan sebagai salah satu aspek kebudayaan lokal Sulawesi Selatan. Buku ini ditujukan untuk siswa kelas X dan XI SMA/SMK atau yang sederajat.
Buku pelajaran ini terdiri dari 10 bab, diawali dengan sambutan Gubernur, sambutan Kadis Pendidikan Sulawesi Selatan, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah XI Palopo, Luwu dan Toraja Utara, dan juga sambutan dari penulis sendiri.
Bab bab selanjutnya diuraikan satu persatu materi pembelajaran. Bab 1 adalah Appamulang atau Pembukaan. Pada bab pertama ini dijelaskan tentang kedudukan bahasa Bugis yang merupakan salah satu dari 4 bahasa utama yang digunakan di Sualwesi Selatan, yaitu Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja. Bahasa Bugis merupakan yang terbesar penuturnya diantara ke empat bahasa yang ada.
Bab selanjutnya diuraikan tentang ejaan bahasa Bugis , penyebutan angka angka dalam bahasa Bugis, cara penulisan aksara Lontara Bugis dan ada pula percakapan antara Lamappa dan Latuwo, dua orang remaja Bugis yatim piatu yang membicarakan tentang rencana mereka jalan jalan ke pantai pada hari minggu depan.
Selanjutnya ada pula kisah atau hikayat Daeng Manrapi, seorang kepala kampung yang disukai oleh masyarakat setempat karena orangnya sabar, ramah dan dermawan. Ada juga contoh beberapa idiom, kata majemuk, kata kata bijak dan kata motivasi yang sering digunakan dalam percakapan sehari hari masyarakat Bugis.
Dalam buku pelajaran bahasa Bugis ini, juga ada pelajaran agama yaitu yang membahas tentang waktu waktu shalat dalam Islam, termasuk juga waktu beribadah umat lainnya seperti Nasrani, Budha, Hindu dan Konghucu.
Selanjutnya ada pelajaran sejarah tentang kerajaan kerajaan yang pernah ada di Sulawesi Selatan. Kerajaan atau Kesultanan yang dibahas dalam buku ini adalah Kerajaan Luwu, Bone, Gowa, Soppeng, Sengkang, Pinrang, Toraja, Enrekang, Selayar, Wotu, Cerekang, Masamba dan Baebunta.
Setiap topik pembahasan dalam buku ini ditampilkan dalam 3 bagian, pertama adalah bagian yang ditulis dalam aksara Lontara, kemudian disusul transliterasi bahasa Bugis dalam aksara Latin, kemudia artinya dalam bahasa Indonesia.
Buku ini juga dilengkapi dengan ilustrasi berupa foto hitam putih berukuran kecil.
Buku pelajaran Bahasa Bugis ini cukup menarik dibaca oleh masyarakat umum, meskipun sebenarnya ditujukan untuk siswa SMA atau SMK kelas X atau XI.
Namun ada beberapa kekurangan dalam buku ini, misalnya, ada beberapa kesalahan ketik (typo) yang cukup mengganggu, baik ketikan Aksara Lontaranya, maupun ketikan aksara Latinnya. Ada juga transliterasi aksara Lontara ke Latin tidak sesuai. Penggunaan aplikasi Aksara Lontaranya juga ada beberapa yang tidak sesuai, misalnya satu kata ada yg aksara Lontara bergabung dengan aksara Latin. Buku ini juga tidak menjelaskan tentang tata bahasa Bugis, yang kemungkinan dijelaskan pada buku jilid sebelumnya yang diperuntukkan untuk siswa kelas 7-9 di sekolah SMP atau yang sederajat.
Buku ini koleksi Layanan Umum Perpustakaan, UPT Layanan Perpustakaan, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sulawesi Selatan.
