Kecanduan atau ketagihan adalah saat tubuh atau pikiran kita dengan buruknya menginginkan atau memerlukan sesuatu agar bekerja dengan baik. Kita disebut pecandu bila kita memiliki ketergantungan fisik dan ketergantungan psikologis terhadap zat psikoaktif, contohnya alkohol, tembakau, heroin, kafeina, nikotin.
Wikipedia
Kecanduan versi Wikipedia di atas, serupa tapi tidak sama yang kualami. Serupanya, karena sama-sama aku juga sudah mulai ketagihan, dan selalu mau mencobanya. Tidak sama, karena kecanduan dalam versi tulisan ini bukan kecanduan obat-obatan atau alkohol, tetapi kecanduan menulis. Sudah tidak enak rasanya kalau penaku dalam sehari tidak menulis.
Meski pada awalnya aku tak bisa menuangkan ide-ideku pada selembar kertas sekalipun. Ujung penaku selalu terasa tumpul, coret sana-sini selalu berakhir di tong sampah. Aku terlalu berpikir keras untuk menghasilkan sebuah tulisan yang menurutku baik, hingga kadang berujung dengan keputusasaan.
Ketika sudah seperti itu aku pun tertidur, hingga sepertinya mendengar sebuah teriakan keras membangunkanku mengatakan, “Hai jangan pikirkan mau menulis, tetapi tulislah apa yang di pikirkan.” Teriakan imajinasi itu dari sang inspirator Ruslan Ismail Mage yang biasa disapa bang RIM. Bang RIM tidak henti-hentinya menyuntikkan kata-kata inspiratifnya untuk membangkitkan semangatku untuk memulai menulis.
Katanya berulang-ulang abailkan semua teori menulis yang baik. Pokoknya tulis saja sampai tuntas tanpa banyak berpikir salah apa benar tulisannya. Tidak perlu izin khusus untuk menyebut dirimu sebagai penulis, jika kamu menulis, maka kamu adalah seorang penulis. Mudah dan sesederhana itu. Kalimat itu yang terus terngiang-ngiang di telinga, hingga aku coba menggerakkan penaku.
Pertama kali aku tulis adalah sebuah puisi ringan yang berjudul “Air Mata Rindu untuk Ambo (Ayah).” Tulisan awal yang bagiku sangat berkesan karena mewakili rasaku sebagai anak yang selalu merindukan kehadiran sosok ayah yang sudah berpulang. Dari sini aku benar-benar merasakan bahwa menulis itu bisa jadi pengobat hati yang gundah. Ketika rasa galau, sedih, kecewa, bahkan marah sekalipun menulislah.
Dibalik rasa sakit yang mendalam terkadang muncul keindahan luar biasa yang menunggu untuk ditemukan. Ungkapan ini yang coba kumanifestakikan ketika menulis. Aku menemukan rasa yang terkadang tidak bisa aku narasikan. Jadi dari hanya sekedar mencoba menuangkan rasa itu, semakin hari aku semakin seperti orang mabuk.
Setiap hal yang kulihat, kudengar dan kurasa ingin langsung gerakkan pena ini. Aku seperti kecanduan untuk terus menuliskan apa saja. Kadang aku merasa berada pada mode senyap, tetapi sebenarnya pikiran melayang-layang mengembara mencari ide untuk kutumpahkan di atas kertas. Namun ketika ide sudah dapat, tetapi tidak tahu harus memulai dari mana. Terasa buntu ke arah mana penaku harus memulai kata membentuk rangkain kalimat indah, pada saat itulah kembali teringat pesan dari inspiratorku Bang RIM bahwa hanya ada enam utama dalam menulis yaitu, “Bacalah, bacalah, bacalah, tulislah, tulislah, tulislah,” untuk menyelesaikan tulisanku yang ke-18 ini sejak bergabung dengan BN.
Terimah kasih kepada Bang RIM yang selama ini selalu memberikan support untuk selalu semangat menulis, meski hasilnya belum sesuai yang diharapkan. Terimah kasih pula kepada kang Iyan, pak Dr. Sudirman, kanda Islamiati, solmed saya ibu gusnawati, dan seluruh sahabat-sahabat pembelajar BN indonesia, khususnya bunda-bunda PAUD Kolaka Utara. Maaf suamiku aku kecanduan menulis.
Sangat menginspirasi,