Sebagai seorang Muslim, hidup di Indonesia yang mayoritas penduduknya Muslim adalah sebuah anugerah. Kita bisa beribadah dengan tenang, mendengar azan berkumandang setiap waktu salat, dan tak perlu khawatir mencari makanan halal. Namun, saat tinggal di negara yang mayoritas penduduknya non-Muslim, tantangan keimanan benar-benar terasa.
Seperti halnya bekerja sebagai tenaga kerja wanita (TKW) di Hong Kong, yang mayoritas penduduknya bukan Muslim. Menjalani kehidupan di sana bukan hanya sekadar mencari nafkah, tetapi juga menjaga keimanan dalam situasi yang berbeda. Pilihan teman dan lingkungan menjadi sangat penting. Salah langkah, bisa jadi kita akan terjebak dalam pergaulan yang salah.
Saya adalah salah satu TKW yang merasakan betapa dinamisnya hidup di Hong Kong. Setiap hari, saya disibukkan dengan pekerjaan rumah tangga yang padat. Meski terlihat sederhana, pekerjaan ini sebenarnya membutuhkan ketahanan fisik dan mental. Berbeda dengan pekerjaan kantoran yang memungkinkan kita duduk rapi di depan komputer, pekerjaan rumah tangga mengharuskan kita terus bergerak dari pagi hingga malam. Namun, di balik rutinitas tersebut, saya menemukan cara untuk tetap terhubung dengan Allah melalui hafalan Al-Qur’an.
Beruntung, setiap hari Minggu dan pada hari-hari libur nasional, saya mendapatkan kesempatan untuk beristirahat. Alih-alih menghabiskan waktu libur dengan hal-hal yang tidak bermanfaat, saya memutuskan bergabung dengan sebuah komunitas mengaji di Hong Kong. Ini adalah kesempatan emas untuk memperdalam ilmu agama dan bersilaturahmi dengan sesama TKW yang juga merindukan ilmu dan ketenangan spiritual.
Bergabung dengan komunitas ini bukan hanya soal belajar mengaji, tetapi juga soal memilih lingkungan yang baik. Di tanah rantau, teman adalah sosok yang menggantikan keluarga. Mereka adalah orang-orang yang bisa memberikan nasihat, berbagi cerita, dan saling menguatkan. Di sinilah saya merasakan pentingnya memiliki lingkungan yang mendukung untuk terus memperbaiki diri.
Dalam komunitas ini, kami diajak untuk menghafal surat-surat pendek. Ada tiga pilihan surat yang bisa dihafal: Ar-Rahman, Al-Waqiah, dan Yasin. Bersama kelompok saya, kami memilih surat Al-Waqiah untuk dihafalkan dalam waktu dua bulan. Setiap harinya, kami harus menghafal lima ayat dan mengulang-ulang bacaan di sela-sela pekerjaan rumah tangga.
Untuk mempermudah hafalan, saya menyelipkan selembar kertas kecil berisi ayat-ayat di saku baju. Setiap kali lupa, saya tinggal mengeceknya. Kadang, saya menempelkan kertas tersebut di dinding dapur atau kamar, sehingga saat sedang mencuci piring atau membersihkan rumah, saya bisa terus mengulang hafalan. Rutinitas ini saya jalani dengan penuh semangat, dan setiap hari kami harus setor hafalan di grup WhatsApp untuk dicek perkembangannya. Ada yang cepat hafal, ada juga yang butuh perjuangan ekstra. Tetapi, semangat tak pernah surut.
Setiap Minggu, kami setor hafalan kepada Bunda Laila, guru pembimbing yang sabar dan telaten. Beliau membantu memperbaiki bacaan kami dan memberikan motivasi untuk terus maju. Meski sibuk dengan pekerjaan, saya merasakan bahwa menghafal Al-Qur’an justru menjadi sumber kekuatan. Setiap ayat yang saya hafalkan, seolah menjadi pelepas penat dan pengingat bahwa semua yang kita lakukan harus karena Allah.
Menghafal Al-Waqiah bukan sekadar mengingat ayat demi ayat, tetapi juga mengisi jiwa dengan ketenangan di tengah kesibukan. Tidak ada yang mudah dalam hidup, termasuk dalam bekerja di negeri orang. Tetapi, niat yang tulus, keikhlasan, dan doa yang tak putus adalah kunci untuk meraih kemudahan. Saya percaya, segala upaya yang dilakukan dengan niat baik akan membawa berkah, termasuk dalam pekerjaan dan rezeki yang kita terima.
Di tengah tantangan hidup sebagai TKW di Hong Kong, saya merasa beruntung karena Allah memberi jalan untuk terus belajar. Saya menemukan lingkungan yang mendukung, teman-teman yang saling memotivasi, dan kesempatan untuk memperdalam ilmu agama. Hafalan surat Al-Waqiah menjadi salah satu cara saya untuk tetap dekat dengan Allah, meski berada jauh dari tanah air.
Semoga perjalanan ini menjadi inspirasi bagi siapa pun yang sedang berjuang di tanah rantau. Tidak ada yang mustahil jika kita terus berusaha dan berdoa. Rezeki yang kita dapatkan pun, insya Allah, akan menjadi berkah, membawa kebaikan untuk diri sendiri dan keluarga di rumah.
Memorizing Al-Waqiah in a Busy Work Life in Hong Kong
As a Muslim, living in Indonesia, where the majority of the population is Muslim, is a blessing. We can worship in peace, hear the call to prayer every prayer time, and don’t have to worry about finding halal food. However, when living in a country where the majority of the population is non-Muslim, the challenges of faith are truly felt.
Like working as a female migrant worker (TKW) in Hong Kong, where the majority of the population is not Muslim. Living life there is not only about earning a living, but also maintaining faith in different situations. The choice of friends and environment becomes very important. One wrong step, we could get caught up in the wrong company.
I am one of the TKW who feels how dynamic life is in Hong Kong. Every day, I am busy with dense household chores. Although it looks simple, this job actually requires physical and mental endurance. Unlike office work that allows us to sit neatly in front of a computer, household chores require us to keep moving from morning to night. However, behind the routine, I found a way to stay connected with Allah through memorizing the Quran.
Luckily, every Sunday and on national holidays, I got the chance to rest. Instead of spending my free time on useless things, I decided to join a Quran reading community in Hong Kong. This was a golden opportunity to deepen my religious knowledge and socialize with fellow migrant workers who also longed for knowledge and spiritual peace.
Joining this community was not only about learning to read the Quran, but also about choosing a good environment. In a foreign land, friends are figures who replace family. They are people who can give advice, share stories, and strengthen each other. This is where I felt the importance of having a supportive environment to continue improving ourselves.
In this community, we were invited to memorize short letters. There were three choices of letters that could be memorized: Ar-Rahman, Al-Waqiah, and Yasin. Together with my group, we chose the Al-Waqiah letter to memorize within two months. Every day, we have to memorize five verses and repeat the readings in between household chores.
To make it easier to memorize, I put a small piece of paper containing the verses in my shirt pocket. Every time I forget, I just check it. Sometimes, I stick the paper on the kitchen or bedroom wall, so that when I’m washing dishes or cleaning the house, I can keep repeating the memorization. I do this routine with enthusiasm, and every day we have to submit our memorization in the WhatsApp group to check on the progress. Some memorize quickly, while others need extra effort. However, our enthusiasm never wanes.
Every Sunday, we submit our memorization to Bunda Laila, a patient and meticulous teacher. She helps us improve our reading and motivates us to keep moving forward. Even though I’m busy with work, I feel that memorizing the Qur’an is actually a source of strength. Every verse that I memorize seems to relieve stress and remind us that everything we do must be because of Allah.
Memorizing Al-Waqiah is not just about memorizing verse by verse, but also filling the soul with peace in the midst of busyness. Nothing is easy in life, including working in another country. However, sincere intentions, sincerity and unceasing prayer are the keys to achieving ease. I believe that all efforts made with good intentions will bring blessings, including in the work and fortune we receive.
In the midst of the challenges of life as a migrant worker in Hong Kong, I feel lucky because God has given me a way to continue learning. I found a supportive environment, friends who motivate each other, and the opportunity to deepen my religious knowledge. Memorizing Surah Al-Waqiah is one way for me to stay close to Allah, even though I am far from my homeland.
Hopefully this journey will be an inspiration for anyone who is struggling in overseas countries. Nothing is impossible if we keep trying and praying. The sustenance we get, God willing, will be a blessing, bringing goodness to ourselves and our family at home.