Pemilihan umum (pemilu) merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara Indonesia untuk berpartisipasi dalam menentukan arah dan masa depan bangsa. Dalam Islam, bahkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan bahwa golput, atau tidak menggunakan hak suara, hukumnya haram bagi mereka yang telah memenuhi syarat. Bagi saya, seorang Buruh Migran Indonesia (BMI), pengalaman dalam menggunakan hak suara di luar negeri menjadi sebuah perjalanan yang penuh arti.

Pengalaman pertama saya menggunakan hak suara dimulai pada tahun 1998 di Singapura. Saat itu, majikan saya mengantar saya ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura untuk memilih calon presiden dan wakil presiden. Rasanya, begitu bersemangat melihat proses demokrasi meskipun berada jauh dari tanah air. Sejak saat itu, saya menyadari pentingnya berpartisipasi dalam pemilu meskipun berada di luar negeri.

Di tahun 2009, saya kembali menggunakan hak suara saya melalui pos. Namun, pada pemilu tahun 2024 ini, situasi dan ketentuan yang berlaku sedikit berbeda. Saya harus memilih langsung di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Hong Kong, setelah baru beberapa bulan berada di negara ini. Dalam kesempatan ini, saya ingin membagikan pengalaman berharga saya saat memilih calon presiden dan wakil presiden.

Setelah tiba di Hong Kong pada Juni 2023, saya mengikuti program “Welcoming Program” yang diselenggarakan oleh KJRI. Ini adalah kesempatan untuk mengenal lebih jauh tentang prosedur pemilu dan melaporkan kedatangan saya serta pendaftaran Daftar Pemilih Tetap (DPT) di Indonesia. Namun, setelah beberapa bulan menunggu, saya mendapati nama saya tidak muncul dalam DPT Luar Negeri Hong Kong dan Macau.

Menghadapi masalah ini, saya pun menghubungi petugas Pemungutan Suara Luar Negeri (PPLN) dan diminta untuk mendaftar ulang sebagai Daftar Pemilih Khusus Luar Negeri (DPKLN). Saya diberitahu untuk datang langsung ke KJRI, meskipun tanpa surat undangan.

Hari pemungutan suara pun tiba pada Rabu, 13 Februari 2024, yang bertepatan dengan hari libur nasional Imlek. Saya datang ke KJRI bersama dua teman yang juga baru tiba dari Indonesia. Namun, saat saya meminta surat pemberitahuan pemungutan suara (SPPS) di KJRI, saya ditolak. Nama saya tidak terdaftar di DPT luar negeri.

Saya berusaha menjelaskan situasi kepada petugas, “Kak, jangan persulit kami. Kami hanya ingin menggunakan hak kami untuk memilih. Kami sudah melapor dan mendaftar dengan benar. Namun pendaftaran sudah ditutup!”

Sebuah dialog hangat pun terjadi, di mana saya menyampaikan bahwa banyak BMI lain yang memilih golput, bahkan mereka yang menerima surat undangan sekalipun. Banyak yang berpikir, “Siapa pun presidennya, tetap saja jadi BMI. Ngapain susah-susah ngantri?”

Namun, saya tetap bersikeras. Saya percaya bahwa setiap suara memiliki kekuatan untuk mempengaruhi nasib bangsa. Dalam hati saya, saya ingin memberi tahu mereka bahwa suara kami penting, meskipun hanya satu. Ketika saya berhadapan dengan petugas, saya menegaskan, “Saya ingin menggunakan hak suara saya. Saya sudah mengikuti prosedur dengan benar.”

Rasa frustrasi menyelimuti saat itu, tetapi saya tetap bersyukur atas pengalaman ini. Walaupun saya tidak dapat memberikan suara saya pada hari itu, saya mengingatkan diri sendiri bahwa perjalanan ini tidak sia-sia. Menghadapi tantangan semacam ini membuat saya lebih menghargai proses demokrasi.

Pengalaman saya dalam pemilu di Hong Kong mengajarkan betapa pentingnya partisipasi dalam menentukan masa depan bangsa. Bagi kami, para BMI, menggunakan hak suara adalah bentuk tanggung jawab dan cinta kepada tanah air. Setiap dari kami memiliki peran dalam proses ini. Meskipun ada tantangan yang harus dihadapi, semangat untuk berkontribusi pada negeri tercinta harus selalu ada.

Sebagai seorang BMI, saya berharap pengalaman ini dapat menginspirasi rekan-rekan sesama pekerja migran untuk tidak mengabaikan hak suaranya. Mari kita berpartisipasi dalam setiap pemilu, gunakan hak suara kita, dan tunjukkan bahwa setiap suara memiliki makna. Dengan saling mendukung dan mengingatkan satu sama lain, kita dapat menciptakan perubahan yang lebih baik untuk Indonesia.

Kesadaran dan komitmen untuk berpartisipasi dalam pemilu adalah langkah kecil yang dapat memberikan dampak besar bagi masa depan bangsa. Jangan biarkan suara kita terlewatkan, mari berjuang bersama untuk masa depan yang lebih baik! []


Sharing Election Experiences in Hong Kong

General elections are the right and obligation of every Indonesian citizen to participate in determining the direction and future of the nation. In Islam, even the Indonesian Ulema Council (MUI) states that golput, or not using the right to vote, is forbidden for those who have met the requirements. For me, an Indonesian Migrant Worker (BMI), the experience of using the right to vote abroad has been a meaningful journey.

My first experience of using the right to vote began in 1998 in Singapore. At that time, my employer took me to the Indonesian Embassy (KBRI) in Singapore to vote for presidential and vice presidential candidates. I felt so excited to see the democratic process even though I was far from my homeland. Since then, I have realized the importance of participating in elections even though I am abroad.

In 2009, I again used my right to vote by post. However, in the 2024 election, the situation and provisions that apply are slightly different. I had to vote directly at the Consulate General of the Republic of Indonesia (KJRI) Hong Kong, after only being in this country for a few months. On this occasion, I would like to share my valuable experience when choosing a presidential and vice presidential candidate.

After arriving in Hong Kong in June 2023, I participated in the “Welcoming Program” organized by the Indonesian Consulate General. This was an opportunity to learn more about the election procedures and report my arrival and registration for the Permanent Voters List (DPT) in Indonesia. However, after waiting for several months, I found that my name did not appear on the Hong Kong and Macau Overseas DPT.

Facing this problem, I contacted the Overseas Voting Officer (PPLN) and was asked to re-register as a Special Overseas Voter List (DPKLN). I was told to come directly to the Indonesian Consulate General, even without an invitation letter.

The voting day arrived on Wednesday, February 13, 2024, which coincided with the Chinese New Year national holiday. I came to the Indonesian Consulate General with two friends who had also just arrived from Indonesia. However, when I asked for a voting notification letter (SPPS) at the Indonesian Consulate General, I was rejected. My name was not registered on the overseas DPT.

I tried to explain the situation to the officer, “Sis, don’t make it difficult for us. We just want to exercise our right to vote. We have reported and registered correctly. But registration is already closed!”

A warm dialogue ensued, where I conveyed that many other migrant workers chose to abstain, even those who received invitation letters. Many thought, “Whoever the president is, they are still migrant workers. Why bother queuing?”

However, I persisted. I believe that every vote has the power to influence the fate of the nation. In my heart, I wanted to tell them that our vote matters, even if it is only one. When I faced the officer, I asserted, “I want to exercise my right to vote. I have followed the procedures correctly.”

Frustration enveloped me at that moment, but I am still grateful for this experience. Although I was unable to cast my vote that day, I reminded myself that this journey was not in vain. Facing such challenges made me appreciate the democratic process more.

My experience in the Hong Kong election taught me how important participation is in determining the future of the nation. For us, BMI, exercising our right to vote is a form of responsibility and love for our country. Each of us has a role in this process. Although there are challenges to be faced, the spirit to contribute to our beloved country must always be there.

As a BMI, I hope this experience can inspire fellow migrant workers not to ignore their right to vote. Let’s participate in every election, exercise our right to vote, and show that every vote has meaning. By supporting and reminding each other, we can create better changes for Indonesia.

Awareness and commitment to participate in elections are small steps that can have a big impact on the future of the nation. Don’t let our voices be missed, let’s fight together for a better future! []

(Visited 20 times, 1 visits today)
Avatar photo

By Marsih

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.