Perjalanan menulis saya dimulai dari sebuah titik sederhana, di mana hobi yang telah lama saya pendam akhirnya menemukan jalannya. Saat tulisan pertama saya muncul di media daring Bengkel Narasi, saya merasa seperti mimpi. Rasanya luar biasa—seperti dunia baru yang terbuka di depan mata. Di sana, tulisan saya tak hanya sekadar catatan pribadi, tetapi dibaca oleh banyak orang. Ini bukan hanya tentang kesenangan pribadi, tetapi tentang bagaimana saya bisa berbagi cerita, pengalaman, dan renungan hidup yang tak ingin saya biarkan hilang begitu saja.

Sebagian besar karya saya berkisar pada pengalaman saya sebagai pekerja migran di Hong Kong—kisah-kisah nyata yang penuh perjuangan dan pelajaran hidup. Menulis tentang realita itu bagi saya adalah sebuah keharusan. Ini bukan hanya tentang catatan sehari-hari, tetapi upaya untuk memberikan makna lebih pada setiap pengalaman, agar bisa menjadi pelajaran bagi orang lain. Ada kebahagiaan tersendiri ketika pengalaman itu tidak hanya berhenti di memori, tetapi hidup dalam bentuk tulisan yang bisa menginspirasi.

Saya bukan penulis yang terlatih. Semua saya pelajari secara otodidak. Tidak ada kelas khusus, tidak ada kursus menulis yang pernah saya ikuti. Justru karena itu, menulis bagi saya sering kali terasa sulit. Mengawali tulisan saja bisa menjadi sebuah tantangan besar. “Mulainya dari mana?” pertanyaan ini sering kali menghantui saya. Keterbatasan pengetahuan dan minimnya kosa kata membuat saya harus bekerja ekstra keras. Namun, di sinilah saya belajar, bahwa menulis bukan hanya soal kepandaian mengolah kata, tetapi soal kesabaran untuk terus belajar dan memperluas wawasan.

Untuk itulah, membaca menjadi bagian penting dalam perjalanan menulis saya. Setiap buku, artikel, dan tulisan orang lain adalah jendela pengetahuan yang membuka pikiran saya dan menambah perbendaharaan kata saya. Meskipun perjalanan ini tidak selalu mulus, ada kebahagiaan yang tak bisa saya jelaskan ketika berhasil menyelesaikan sebuah tulisan. Menulis adalah cara saya mengungkapkan emosi—baik ketika sedang gembira maupun sedih. Setiap huruf dan kalimat adalah cerminan dari apa yang saya rasakan pada saat itu.

Namun, menulis bukan sekadar duduk dan mengetik. Ketika saya mulai melakukan liputan, tantangannya semakin terasa nyata. Saya harus berhadapan dengan keterbatasan waktu dan kondisi cuaca yang tak menentu. Panas terik yang membuat saya berkeringat, hujan deras yang membasahi perjalanan saya—semua itu menjadi bagian dari kisah yang tak terhindarkan. Bahkan, ada kalanya rencana yang sudah saya susun matang harus berantakan karena satu dan lain hal.

Ketika saya tidak mendapatkan bahan tulisan yang diharapkan, ada perasaan kecewa yang muncul. Tetapi di sisi lain, dari setiap pengalaman yang tidak terduga, saya justru belajar lebih banyak. Bertemu dengan orang-orang baru, memperluas jaringan pertemanan, dan menjalin relasi dengan berbagai kalangan memberikan saya sudut pandang yang berbeda tentang kehidupan. Setiap orang yang saya temui, setiap narasumber yang saya wawancarai, adalah cermin dari berbagai cerita hidup yang menginspirasi maupun yang mengharukan.

Sebagai penulis pemula, saya tidak bisa menghindari perasaan gugup, terutama ketika harus berhadapan langsung dengan narasumber. Ada kalanya, saya merasa tidak nyaman berada di tengah kerumunan atau saat melakukan wawancara di tempat umum. Sering kali, saya lebih memilih wawancara secara pribadi—lebih intim, lebih tenang, dan jauh dari perhatian orang lain. Nervous? Tentu saja. Bahkan, kadang saya memakai masker untuk menutupi rasa gugup itu, walaupun tetap saja gerak-gerik saya tak sepenuhnya bisa disembunyikan.

Ada saat-saat di mana saya berhadapan dengan narasumber yang ramah, penuh senyum, dan terbuka, yang membuat suasana wawancara begitu hangat dan menyenangkan. Namun, tak jarang pula saya bertemu dengan orang-orang yang jutek dan kurang sopan. Ini adalah ujian mental yang nyata. Saya harus belajar menerima semua itu dengan lapang dada, tetap bersikap profesional, dan terus melanjutkan tugas saya. Menjadi penulis bukan hanya tentang kemampuan mengolah kata, tetapi juga tentang kekuatan mental untuk menghadapi berbagai karakter yang berbeda.

Meskipun terkadang melelahkan, perjalanan menulis ini membawa saya pada banyak pelajaran hidup yang berharga. Saya menyadari bahwa setiap pengalaman, baik suka maupun duka, adalah bagian dari proses yang membentuk diri saya. Dari liputan di tempat yang ramai hingga wawancara via pesan singkat, semuanya mengajarkan saya untuk lebih sabar, lebih tenang, dan lebih bijak dalam menghadapi tantangan.

Menulis bagi saya kini bukan lagi sekadar hobi. Ini adalah cara saya untuk terus berkembang, untuk memahami dunia, dan untuk mengekspresikan diri. Setiap kisah yang saya tulis, setiap pengalaman yang saya bagikan, adalah langkah kecil dalam perjalanan hidup saya. Dari setiap pertemuan, saya belajar untuk lebih menghargai orang lain, untuk lebih peka terhadap cerita-cerita yang tersembunyi di balik setiap wajah yang saya temui.

Pada akhirnya, menulis adalah sebuah perjalanan panjang yang penuh dengan tantangan dan kejutan. Tetapi di balik semua itu, ada kebahagiaan yang tak tergantikan. Kebahagiaan ketika sebuah tulisan berhasil terselesaikan, ketika cerita yang ingin saya sampaikan bisa diterima dengan baik, dan ketika saya melihat bahwa tulisan saya memiliki makna bagi orang lain. Dan di situlah, saya menemukan makna dari perjalanan ini: menulis adalah tentang memberi, tentang berbagi pengalaman, dan tentang menjadi lebih baik dari hari ke hari.


Writing Journey: A Calling

My writing journey began from a simple point, where a hobby that I had kept hidden for a long time finally found its way. When my first writing appeared on the online media Bengkel Narasi, I felt like I was dreaming. It felt amazing—like a new world had opened before my eyes. There, my writing was not just a personal note, but was read by many people. This was not just about personal pleasure, but about how I could share stories, experiences, and life reflections that I didn’t want to let disappear just like that.

Most of my works revolve around my experiences as a migrant worker in Hong Kong—true stories full of struggles and life lessons. Writing about that reality is a must for me. This is not just about daily notes, but an effort to give more meaning to each experience, so that it can be a lesson for others. There is a happiness in itself when the experience does not just stop in memory, but lives in the form of writing that can inspire.

I am not a trained writer. I learned everything autodidactically. There are no special classes, no writing courses that I have ever taken. Precisely because of that, writing often feels difficult for me. Just starting to write can be a big challenge. “Where do I start?” This question often haunts me. Limited knowledge and minimal vocabulary make me have to work extra hard. However, this is where I learned that writing is not just about being good at processing words, but about patience to continue learning and expanding my horizons.

For that reason, reading is an important part of my writing journey. Every book, article, and other people’s writing is a window of knowledge that opens my mind and adds to my vocabulary. Although this journey is not always smooth, there is a happiness that I cannot explain when I succeed in completing a piece of writing. Writing is my way of expressing emotions—both when I am happy and sad. Every letter and sentence is a reflection of what I feel at that time.

However, writing is not just about sitting and typing. When I started reporting, the challenges became more real. I had to deal with time constraints and unpredictable weather conditions. The scorching heat that made me sweat, the heavy rain that soaked my journey—all of that became part of the inevitable story. In fact, there were times when my carefully prepared plans had to fall apart for one reason or another.

When I didn’t get the expected writing material, there was a feeling of disappointment that arose. But on the other hand, from every unexpected experience, I actually learned more. Meeting new people, expanding my network of friends, and establishing relationships with various groups gave me a different perspective on life. Every person I met, every source I interviewed, was a reflection of various inspiring and touching life stories.

As a novice writer, I can’t avoid feeling nervous, especially when I have to deal directly with sources. There were times when I felt uncomfortable being in a crowd or when conducting interviews in public places. Often, I prefer to interview in person—more intimate, quieter, and away from the attention of others. Nervous? Of course. In fact, sometimes I wear a mask to cover up my nervousness, although my movements cannot be completely hidden.

There are times when I am faced with friendly, smiling, and open sources, which makes the interview atmosphere so warm and enjoyable. However, I also often meet people who are rude and impolite. This is a real mental test. I have to learn to accept all of that with an open heart, remain professional, and continue with my duties. Being a writer is not only about the ability to process words, but also about the mental strength to deal with various different characters.

Although sometimes tiring, this writing journey has brought me many valuable life lessons. I realize that every experience, both good and bad, is part of the process that shapes me. From coverage in crowded places to interviews via text messages, all of them teach me to be more patient, calmer, and wiser in facing challenges.

Writing for me is no longer just a hobby. This is my way to continue to grow, to understand the world, and to express myself. Every story I write, every experience I share, is a small step in my life journey. From every meeting, I learn to appreciate others more, to be more sensitive to the stories hidden behind every face I meet.

In the end, writing is a long journey full of challenges and surprises. But behind all that, there is irreplaceable happiness. Happiness when a piece of writing is successfully completed, when the story I want to convey is well received, and when I see that my writing has meaning for others. And that’s where I found the meaning of this journey: writing is about giving, about sharing experiences, and about getting better day by day.

(Visited 38 times, 1 visits today)
Avatar photo

By Sarmini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.