Oleh: Rosita Samad

Menapaki Toraja di subuh nan dingin menggiring kenangan lima tahun lalu menembus dinginnya subuh mengejar absensi yang tak pernah lari, hanya diam merekam masa yang pergi perlahan namun pasti. Waktu berjalan meninggalkan takdir dan menjemput takdir lainnya, begitu dari waktu ke waktu tak ada yang abadi, jadi demi pantaskah kita sombong?.

Hari ini yang kemarinnya telah jadi untaian kenangan dan esok yang masih penuh misteri merundukkan ego kita kepada sang pemilik alam semesta dan menyerahkan kepada-NYA ke mana langkah ini kan dituntun.

Di Toraja, bulan Desember yang meriah penuh cahaya gemerlap senada dengan harapan yang terpatri dalam jiwa menyambut berkurangnya usiaku, begitu baiknya kepadaku yang memberi pendamping hidup yang baik orang-orang sekeliling yang baik dan menyempurnakan dengan hadirnya putra putri kebanggaan. Bahagia dan syukur atas nikmat-NYA seiring maaf atas salah dan khilaf.

Toraja mempertemukanku dengan teman yang berbeda keyakinan namun selaras dalam kebersamaan, makan dan minum bersama dalam bingkai TOLERANSI yang indah. Toraja mengajarkanku bahwa perbedaan itu indah dan membuat hidup lebih berwarna. Tetaplah indah agar tak merobek kenangan itu karena sebagian perjalanan hidupku ada di sini.

Jelang lima puluh tiga bukanlah hal yang harus disesaki dengan euforia karena sejatinya jatah hidup semakin berkurang. Duhai suami, adik, ipar, teman-teman tetaplah menjadi diri kalian yang baik karena kebaikan dimulai dari pribadi yang baik. Diriku dijelang lima puluh tiga tahun penuh dengan salah dan khilaf, semoga kalian sudi memberiku maaf yang putih dan tulus, bukan maaf abu-abu yang sulit terbedakan dalam remang.
Toraja, 6 Desember 2023

(Visited 280 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.